JAKARTA - Banyak orang yang sedang berusaha menjalani pola makan lebih sehat sering kali merasa sudah melakukan pilihan terbaik.
Mengganti nasi dengan roti gandum, memilih yogurt rendah lemak, atau memperbanyak makanan yang tampak ramah diet menjadi langkah yang dianggap aman dan efektif. Namun kenyataannya, upaya tersebut tidak selalu berbuah hasil. Timbangan tetap tidak bergerak, bahkan berat badan bisa bertambah meski pola makan terasa sudah sangat terkendali. Situasi ini sering membuat orang bertanya-tanya: di mana letak kesalahannya?
Jawabannya, menurut para ahli, bisa saja tersembunyi pada makanan ultra olahan yang setiap hari dikira sehat. Tampilan kemasan yang meyakinkan ditambah label seperti “rendah gula”, “tinggi protein”, atau “plant-based” sering membuat konsumen terkecoh.
- Baca Juga Cara Lengkap Cek Resi Kurir Blibli 2025
Makanan-makanan ini tampak seperti pilihan aman untuk diet, padahal kandungan tersembunyi seperti gula tambahan, zat aditif, hingga bahan GMO bisa merusak usaha menjaga pola makan. Tanpa disadari, makanan ultra olahan menjadi penyebab mengapa hasil diet sering tidak sesuai harapan.
Berdasarkan penjelasan para ahli yang dikutip dari eatthis.com, ada beberapa makanan ultra olahan yang perlu diwaspadai karena sering dikira sehat padahal menghambat proses penurunan berat badan.
Daftar berikut menggambarkan jenis makanan yang kerap masuk ke menu diet harian, tetapi justru memberikan efek sebaliknya. Memahami kandungannya dapat membantu siapa pun yang sedang menjalani diet agar tidak terjebak dalam klaim-klaim sehat yang sebenarnya menyesatkan.
Berikut penjelasan lengkapnya.
Roti Supermarket
Banyak orang yang sedang diet memilih beralih dari nasi putih ke roti gandum atau roti tawar sebagai alternatif rendah kalori. Roti, terutama yang dilabeli “gandum utuh”, “organik”, atau “tinggi serat”, seolah tampak menjadi solusi sempurna untuk mengurangi asupan kalori harian. Namun kenyataannya, roti yang diproduksi secara komersial bahkan yang berlabel sehat sekalipun sering kali penuh dengan tambahan gula, bahan pengawet, dan aditif lain yang tidak terlihat pada pandangan pertama.
Produk roti supermarket umumnya diproses secara massal demi daya tahan yang lebih lama, sehingga tambahan bahan-bahan tertentu tidak dapat dihindari. Kandungan aditif inilah yang menjadi penyebab roti supermarket masuk kategori makanan ultra olahan. Meski terlihat sehat, roti semacam ini justru dapat menggagalkan diet karena kalorinya mudah meningkat jika dikonsumsi berlebihan. Inilah alasan mengapa banyak ahli nutrisi menyarankan untuk memilih roti yang benar-benar minim proses atau membuatnya sendiri di rumah bila memungkinkan.
Daging Berbasis Tumbuhan
Daging berbasis tumbuhan atau daging vegan semakin populer sebagai alternatif sehat untuk menggantikan konsumsi daging hewani. Banyak orang yang sedang diet menganggap produk ini sebagai pilihan ideal karena tidak mengandung lemak hewani, praktis, dan tetap memberikan sensasi makan daging tanpa rasa bersalah. Namun, tidak semua produk daging nabati sebaik yang terlihat.
Sebagian besar daging vegan diproduksi melalui proses panjang dan mengandung bahan-bahan ultra olahan seperti zat aditif, penambah rasa, pewarna, hingga bahan GMO.
Produk ini didesain agar punya tekstur dan rasa mendekati daging asli, sehingga produsen menggunakan beragam komponen tambahan untuk mencapainya. Proses yang kompleks membuat produk ini kurang cocok untuk diet jangka panjang karena dapat memengaruhi kesehatan usus dan menambah asupan bahan kimia sintetis yang tidak diperlukan tubuh.
Susu Berbasis Tanaman
Susu nabati semakin banyak digunakan sebagai pengganti susu sapi oleh mereka yang menjalani diet, terutama bagi yang ingin mengurangi lemak hewani atau laktosa. Meski terlihat lebih ramah kesehatan, susu nabati bukanlah pilihan otomatis lebih baik. Banyak produk susu alternatif yang tahan lama justru mengandung pengawet, pemanis tambahan, serta zat aditif yang membuatnya masuk ke kategori makanan ultra olahan.
Susu nabati yang dijual secara komersial sering kali diberi tambahan gula agar rasanya lebih manis dan mudah diterima konsumen. Hal ini membuat kadar kalorinya meningkat tanpa disadari. Jika dikonsumsi setiap hari, susu nabati jenis ini dapat meningkatkan asupan gula harian secara signifikan dan menghambat penurunan berat badan. Itulah sebabnya penting untuk membaca label dengan cermat sebelum menganggap susu nabati sebagai pilihan sehat.
Keripik Sayuran
Keripik sayuran tampak seperti camilan sehat dibandingkan keripik kentang biasa. Berbahan dasar wortel, bayam, atau bit, produk ini sering dipasarkan sebagai pilihan rendah kalori dan lebih baik untuk diet. Namun kenyataannya, keripik sayuran masih tergolong makanan ultra olahan dengan kandungan minyak, garam, dan kalori yang cukup tinggi.
Meski dibuat dari sayuran, proses pengolahannya membuat nutrisi asli banyak berkurang. Label “sehat” pada kemasan sering membuat orang merasa aman untuk mengonsumsinya dalam jumlah banyak. Padahal jika dikonsumsi terlalu sering, camilan ini dapat dengan cepat menumpuk kalori harian dan menggagalkan diet. Keripik sayuran tetap harus dikonsumsi dengan bijak, sama seperti camilan olahan lainnya.
Yogurt Aneka Rasa
Yogurt dikenal baik untuk pencernaan dan sering masuk ke menu diet karena mengandung probiotik. Namun yogurt aneka rasa justru tidak dianjurkan untuk dikonsumsi rutin saat diet. Produk ini umumnya mengandung tambahan gula yang cukup tinggi demi memberikan rasa manis dan tekstur yang lebih lembut. Kandungan gula inilah yang membuat kalorinya meningkat tanpa terasa.
Jika dikonsumsi setiap hari, yogurt aneka rasa dapat menambah asupan kalori secara diam-diam. Meski terasa sehat, produk ini tetap termasuk makanan ultra olahan dan kurang ideal untuk program diet. Yogurt tawar tanpa tambahan pemanis biasanya menjadi pilihan yang lebih aman bagi yang ingin menjaga berat badan.
Itulah beberapa makanan ultra olahan yang sering dikira sehat tetapi justru bisa membahayakan keberhasilan diet.