Benteng Moraya

Benteng Moraya Menjadi Simbol Identitas Budaya dan Warisan Sejarah Minahasa

Benteng Moraya Menjadi Simbol Identitas Budaya dan Warisan Sejarah Minahasa
Benteng Moraya Menjadi Simbol Identitas Budaya dan Warisan Sejarah Minahasa

JAKARTA - Upaya pemerintah untuk memperkuat kembali jejak sejarah dan identitas budaya Minahasa mendapat dorongan baru melalui kunjungan Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon ke sejumlah situs penting di Sulawesi Utara. 

Dalam kunjungan tersebut, Fadli menyoroti perlunya penguatan kuratorial, konservasi, serta pengembangan narasi sejarah pada Benteng Moraya agar kawasan itu dapat berkembang sebagai open air museum yang lebih profesional, relevan, dan menarik bagi generasi kini.

Kunjungan tersebut tidak hanya berfokus pada Benteng Moraya, tetapi juga menyentuh beberapa lokasi yang merepresentasikan akar budaya dan spiritualitas masyarakat Minahasa, seperti Pauwungan Nirawani dan Makam Kyai Mojo. 

Melalui rangkaian agenda ini, pemerintah ingin memastikan bahwa warisan sejarah Minahasa tidak hanya dipertahankan, tetapi juga dikemas ulang agar mampu menjangkau publik lebih luas.

Dorongan Transformasi untuk Benteng Moraya

Dalam penjelasannya, Fadli Zon mengatakan, “Penataan yang baik serta interpretasi yang kuat akan menjadikan Benteng Moraya pusat pembelajaran sejarah yang hidup, bukan hanya bagi warga Minahasa tetapi seluruh Indonesia.” 

Pernyataan tersebut menandakan adanya visi besar untuk menjadikan situs bersejarah ini lebih dari sekadar peninggalan masa lalu melainkan destinasi pembelajaran yang mampu membangun kedekatan emosional antara pengunjung dengan sejarah lokal.

Benteng Moraya yang menghadap Danau Tondano memiliki keunikan geografis sekaligus simbolik. Keberadaannya tidak hanya menyimpan nilai sejarah, tetapi juga membuka ruang bagi kegiatan budaya, edukasi publik, hingga revitalisasi narasi perjuangan masyarakat Minahasa. 

Dengan penataan yang lebih kuat, pemerintah berharap kawasan tersebut mampu bersaing dengan situs sejarah nasional lain yang telah lebih dahulu berkembang.

Mengangkat Kembali Peran Kyai Mojo

Selain meninjau Benteng Moraya, Menbud Fadli Zon juga mengunjungi Makam Kyai Mojo, salah satu tokoh yang memiliki kontribusi penting dalam perjuangan bangsa serta penyebaran nilai-nilai agama dan budaya. 

Dalam kesempatan itu, ia menegaskan bahwa terdapat kajian yang tengah berjalan untuk mengusulkan gelar Pahlawan Nasional bagi Kyai Mojo.

“Beliau adalah figur yang pengabdiannya terus dirasakan hingga hari ini. Kami sedang mempelajari langkah-langkah pengusulan gelar Pahlawan Nasional bagi beliau,” ujarnya. 

Penegasan tersebut menunjukkan keseriusan pemerintah dalam meninjau kembali tokoh-tokoh sejarah yang memiliki kontribusi besar, namun mungkin belum sepenuhnya mendapatkan pengakuan setimpal di tingkat nasional.

Kunjungan ini sekaligus membuka ruang dialog publik mengenai peran Kyai Mojo yang selama ini dikenal luas dalam sejarah perlawanan dan persebaran nilai-nilai keagamaan, khususnya ketika ia berada di Minahasa. Penelusuran rekam jejaknya menjadi bagian penting dalam rangka memperkaya narasi kesejarahan bangsa.

Pauwungan Nirawani sebagai Ruang Pelestarian Budaya Minahasa

Agenda berikutnya membawa Menbud Fadli ke Pauwungan Nirawani, sebuah balai adat yang dimiliki tokoh budaya Minahasa, Tonaas Rinto Taroreh. Kawasan ini berfungsi sebagai pusat pelestarian pusaka serta tradisi para ksatria Minahasa, dan memegang peran penting dalam menjaga keberlanjutan budaya lokal.

Dalam kunjungan itu, Menbud meninjau sejumlah koleksi pusaka yang telah dirawat turun-temurun. Di antaranya terdapat tombak peninggalan Perang Tondano 1808–1809 serta berbagai benda pusaka yang digunakan leluhur Minahasa dalam menghadapi penjajah Spanyol dan Belanda. 

Koleksi tersebut menjadi bukti nyata kuatnya tradisi perlawanan masyarakat Minahasa dan dedikasi mereka untuk mempertahankan identitas budaya.

Pelestarian Tradisi Lisan yang Kian Langka

Salah satu momen penting dalam kunjungan tersebut adalah ketika Fadli Zon menyaksikan tradisi lisan Mahrani, sebuah syair yang dibawakan oleh para ibu pewaris tradisi lisan Minahasa. Tradisi tersebut kini semakin jarang ditemui, sehingga dokumentasi dan pelestarian menjadi sangat penting.

“Tradisi seperti Mahrani harus kita dokumentasikan sebagai warisan budaya agar tidak hilang,” ujarnya. Dengan menekankan pentingnya pelestarian tradisi lisan, pemerintah ingin memastikan bahwa aspek-aspek budaya tak benda tetap mendapat ruang yang layak di tengah laju modernisasi yang dapat menggerus identitas lokal.

Menegaskan Arah Baru Pelestarian Budaya Minahasa

Kunjungan Fadli Zon ke berbagai situs budaya ini pada dasarnya merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk memperkuat identitas budaya Minahasa serta menjaga kesinambungan warisan leluhur. 

Benteng Moraya, Pauwungan Nirawani, dan Makam Kyai Mojo dipandang sebagai tiga elemen penting yang saling melengkapi dalam menggambarkan sejarah, spiritualitas, dan kekuatan budaya Minahasa.

Dengan adanya dorongan untuk memperkuat narasi sejarah, melakukan konservasi yang lebih terstruktur, serta menghidupkan kembali tradisi-tradisi lisan, pemerintah ingin memastikan bahwa generasi mendatang tetap dapat merasakan kehadiran warisan budaya tersebut. 

Pendekatan ini menunjukkan bahwa pelestarian budaya bukan hanya soal menjaga bangunan atau benda bersejarah, tetapi juga menjaga hidupnya nilai, cerita, dan identitas masyarakat.

Upaya Menjadikan Minahasa Sebagai Pusat Pembelajaran Budaya

Melalui rangkaian kunjungan kerja ini, Menbud Fadli Zon ingin memastikan bahwa upaya pelestarian budaya Minahasa dapat berjalan dengan strategi yang lebih terarah.

Pemerintah menilai pentingnya memperkuat kuratorial, konservasi, serta penuturan sejarah sehingga situs-situs budaya tersebut bisa menjadi ruang pembelajaran yang relevan bagi masyarakat luas.

Rangkaian kunjungan ini menandai langkah strategis dalam merawat jejak perjuangan para leluhur sekaligus menjaga kesinambungan nilai-nilai budaya bangsa. 

Dengan demikian, Minahasa diharapkan dapat menjadi salah satu pusat pembelajaran sejarah dan budaya yang tidak hanya kuat secara naratif, tetapi juga hidup dalam keseharian masyarakat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index