JAKARTA - Perempuan memiliki peran krusial tidak hanya di ranah keluarga, tetapi juga dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Deputi Menteri Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Amurwani Dwi Lestariningsih, menyebut bahwa hampir 64% perempuan di Indonesia merupakan pelaku UMKM.
“Hal ini menunjukkan, perempuan menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia,” ujar Amurwani Dwi Lestariningsih.
Keberadaan perempuan di sektor UMKM bukan sekadar angka statistik, tetapi menjadi fondasi penting dalam perekonomian nasional. Dengan kapasitas yang semakin meningkat, perempuan mampu berperan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi, membuka lapangan pekerjaan, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Namun, meski peran mereka signifikan, banyak perempuan pelaku UMKM yang belum memiliki literasi finansial memadai. Hal ini menimbulkan risiko dalam pengelolaan modal, penghitungan keuntungan, hingga pengembangan usaha jangka panjang.
Tantangan UMKM Perempuan di Era Digital
Deputi Bidang Usaha Kecil Kementerian UMKM, Temmy Satya Permana, menyoroti tantangan yang masih dihadapi pelaku UMKM perempuan. Menurutnya, jumlah UMKM di Indonesia pada 2025 mencapai 65,5 juta unit, menyumbang 61,9% terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan menyerap lebih dari 119 juta tenaga kerja.
Namun, persaingan harga antar pelaku UMKM masih menjadi tantangan besar. Temmy memberikan contoh fenomena di platform e-commerce, di mana beberapa pelaku usaha menjual produk dengan harga sangat rendah, jauh di bawah harga pokok penjualan.
“Saya lihat ada yang jual produk dengan harga Rp 100 atau Rp 400, padahal harga pokok seharusnya Rp 17.500. Hal ini harus dikoreksi,” ungkapnya.
Selain persaingan harga, sebagian UMKM juga menghadapi kendala mendasar seperti riwayat kredit (SLIK) dan agunan, yang menghambat akses pembiayaan. Dengan demikian, literasi finansial menjadi kunci agar pembiayaan yang diperoleh dapat berdampak positif bagi pengembangan usaha.
Pentingnya Literasi Finansial untuk UMKM Perempuan
Literasi finansial bukan hanya soal kemampuan membaca laporan keuangan, tetapi juga memahami bagaimana merencanakan, mengelola, dan mengembangkan usaha secara berkelanjutan.
Dengan literasi yang memadai, perempuan UMKM dapat memisahkan keuangan pribadi dan usaha, menghitung biaya produksi, menetapkan harga jual yang wajar, serta merencanakan investasi atau ekspansi usaha.
Selain itu, literasi finansial membantu pelaku usaha memahami produk keuangan formal, mulai dari tabungan, pinjaman, hingga layanan pembayaran digital, sehingga mereka tidak hanya bergantung pada praktik informal yang rawan risiko.
UMKM Pintar: Platform Edukasi Digital
Untuk menjawab tantangan tersebut, SeaBank Indonesia bekerja sama dengan Women’s World Banking (WWB) meluncurkan platform digital UMKM Pintar. Platform ini dirancang untuk membangun kapasitas usaha, meningkatkan literasi keuangan, dan memperkuat ketahanan finansial pelaku UMKM, khususnya perempuan.
Junedy Liu, Wakil Direktur Utama SeaBank Indonesia, menyebut salah satu tantangan UMKM di era digital adalah tingginya informalitas dalam pengelolaan keuangan, seperti pencatatan transaksi yang tidak rapi dan pencampuran antara keuangan pribadi dan usaha.
Kondisi ini menciptakan kesenjangan literasi keuangan, terutama terkait akses pembiayaan formal dan layanan digital.
“UMKM Pintar hadir untuk memberikan pembelajaran digital yang mudah diakses, praktis, dan relevan bagi perempuan pelaku usaha mikro dan kecil, agar mereka mampu mengelola usaha secara berkelanjutan,” ujar Junedy.
Akses Modal dan Edukasi Berkelanjutan
Angelique Timmer, Direktur Regional Women’s World Banking Asia Tenggara, menekankan bahwa inklusi keuangan adalah elemen kunci dalam pemberdayaan ekonomi perempuan. Berdasarkan riset WWB 2023, hanya 44% wirausaha perempuan di e-commerce Indonesia mampu mempertahankan usahanya hingga 3–5 tahun, dan angka tersebut lebih rendah bagi yang bertahan lebih lama.
“Temuan ini menegaskan bahwa akses ke modal, edukasi, pendampingan, dan kesempatan belajar memiliki peran yang sama pentingnya dalam memperkuat ketahanan usaha perempuan,” jelas Angelique.
Melalui UMKM Pintar, perempuan pelaku usaha dapat mengakses modul interaktif mengenai pengelolaan keuangan, strategi digitalisasi usaha, hingga pemanfaatan layanan keuangan formal.
Seluruh materi disusun berbasis gender dan disesuaikan dengan konteks lokal, sehingga relevan dengan kebutuhan perempuan di berbagai daerah.
Materi dan Fitur UMKM Pintar
Platform UMKM Pintar menawarkan berbagai fitur edukasi, termasuk panduan pencatatan keuangan, strategi pemasaran digital, hingga tips memisahkan keuangan usaha dan pribadi. Selain itu, platform ini juga menampilkan modul terkait akses pembiayaan formal, manajemen risiko usaha, serta strategi pertumbuhan usaha jangka panjang.
Materi ini bisa diakses secara gratis dan fleksibel, kapan saja dan di mana saja, sehingga perempuan yang sibuk tetap dapat belajar sesuai waktu luangnya. Pendekatan berbasis gender memastikan setiap materi sesuai dengan realitas yang dihadapi pelaku usaha perempuan, termasuk tantangan keseimbangan keluarga dan bisnis.
Literasi Finansial untuk Ketahanan Usaha
Peningkatan literasi finansial memberikan dampak langsung pada ketahanan usaha. Perempuan yang memahami prinsip keuangan mampu membuat keputusan lebih tepat terkait harga jual, strategi promosi, pengelolaan modal, hingga perencanaan ekspansi.
UMKM Pintar tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga membangun kepercayaan diri perempuan dalam mengambil keputusan usaha. Hal ini pada akhirnya akan memperkuat ketahanan finansial dan kemampuan bersaing pelaku UMKM perempuan di pasar yang semakin kompetitif.
Dengan dukungan edukasi digital, akses modal, dan pendampingan, perempuan pelaku UMKM dapat mengoptimalkan peran mereka dalam perekonomian nasional. Literasi finansial menjadi kunci agar pembiayaan yang diperoleh tepat sasaran, usaha berkembang, dan risiko usaha dapat diminimalkan.
Platform UMKM Pintar dari SeaBank Indonesia dan Women’s World Banking hadir sebagai solusi strategis untuk membekali perempuan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan di era digital.
Dengan demikian, perempuan tidak hanya menjadi tulang punggung ekonomi keluarga, tetapi juga penggerak ekonomi nasional yang mandiri dan berkelanjutan.