PLTS

Kebijakan PLTS Atap Dukung Operasional Hijau Sido Muncul Industri

Kebijakan PLTS Atap Dukung Operasional Hijau Sido Muncul Industri
Kebijakan PLTS Atap Dukung Operasional Hijau Sido Muncul Industri

JAKARTA - Dalam upaya mendukung target Net Zero Emission (NZE) 2060, pemerintah Indonesia terus mendorong pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap on-grid, tak hanya di rumah tangga tetapi juga di sektor industri. 

Kebijakan terbaru yang tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 2 Tahun 2024 menggantikan Permen ESDM Nomor 26 Tahun 2021, menandai penataan ulang skema PLTS atap. 

Salah satu perubahan penting adalah penghapusan skema net-metering, sehingga ekspor listrik pengguna ke PLN tidak lagi dihitung sebagai pengurang tagihan listrik, serta diterapkannya mekanisme kuota sistem PLTS atap.

Di tengah dinamika regulasi tersebut, PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul) menjadi salah satu contoh perusahaan yang konsisten memanfaatkan energi bersih sebagai strategi operasional utama. Direktur Sido Muncul, Dr. (H.C.) Irwan Hidayat, menegaskan sikap perusahaan yang mendukung penuh kebijakan pemerintah. 

“Bagi kami, aturan baru dari Kementerian ESDM terkait PLTS atap tidak merugikan. Kami percaya, setiap arah kebijakan pemerintah pasti ada alasan di baliknya. Jadi, kami 100 persen setuju dengan apa yang dilakukan pemerintah,” ujarnya.

Komitmen Transisi Energi Bersih

Sido Muncul telah menjalankan strategi transisi energi bersih selama tiga tahun terakhir. Bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) perusahaan meningkat signifikan dari 69 persen pada 2022, menjadi 89 persen pada 2023, dan terus naik menjadi 91 persen pada 2024. 

Struktur energi perusahaan terdiri dari biomassa, PLTS atap, gas bumi, listrik PLN, dan solar, dengan biomassa menjadi kontributor utama sekitar 60–61 persen.

“Prioritas kami adalah zero waste, sehingga kami tidak pernah membuang limbah, justru kami olah lagi jadi bahan bakar. Jadi, biomassa yang kami hasilkan seluruhnya berasal dari ampas jamu,” jelas Irwan Hidayat. 

Selain biomassa, Sido Muncul juga memanfaatkan tenaga surya secara bertahap, dan menggunakan listrik hijau dari PLN melalui skema Renewable Energy Certificate (REC), yang memastikan energi yang digunakan berasal dari sumber terbarukan.

“Langkah ini merupakan bentuk dukungan kami terhadap kebijakan pemerintah dalam mempercepat transisi energi nasional. Karena itu, listrik yang kami gunakan dari PLN juga harus listrik hijau,” tambah Irwan. 

Kombinasi strategi tersebut berhasil menurunkan emisi karbon perusahaan sebesar 91 persen pada 2024 dibandingkan 2021, jauh melampaui target awal perusahaan sebesar 14 persen.

Regulasi dan Dampaknya terhadap Industri

Dengan regulasi PLTS atap yang baru, beberapa pelaku industri mengkhawatirkan pengaruhnya terhadap biaya operasional. Namun, Sido Muncul menunjukkan bahwa perubahan aturan tidak menghambat strategi energi bersih perusahaan. 

Irwan Hidayat menegaskan bahwa kebijakan pemerintah justru memperkuat arah perusahaan untuk terus berinvestasi dalam energi terbarukan, sekaligus menjaga efisiensi produksi dan keberlanjutan lingkungan.

Sebagai bukti komitmen, perusahaan berencana menambah kapasitas PLTS atap di fasilitas produksi sebesar 1 megawatt (MW) sesuai kebutuhan listrik internal. Langkah ini diharapkan semakin memperkuat posisi perusahaan dalam mendukung program nasional transisi energi bersih.

Sinergi Industri dan Pemerintah

Pendekatan Sido Muncul sejalan dengan upaya pemerintah dalam memperluas adopsi energi hijau di sektor industri. Kebijakan PLTS atap diatur untuk meningkatkan kontribusi EBT, mengurangi emisi karbon, serta mempercepat pemenuhan target NZE 2060. 

Dengan dukungan dari perusahaan seperti Sido Muncul, regulasi ini tidak hanya menjadi instrumen pengaturan, tetapi juga dorongan nyata bagi transformasi energi nasional.

Irwan menegaskan bahwa penerapan energi hijau bukan sekadar kepatuhan terhadap regulasi, tetapi bagian dari strategi perusahaan untuk menciptakan model bisnis berkelanjutan. 

Hal ini termasuk pemanfaatan limbah biomassa secara maksimal, pengembangan PLTS atap, dan penggunaan listrik hijau PLN. Keberhasilan implementasi strategi ini membuktikan bahwa industri bisa berperan aktif dalam percepatan transisi energi sambil tetap menjaga produktivitas.

Peluang dan Tantangan Transisi Energi

Transisi energi bersih tidak lepas dari tantangan, terutama terkait perubahan regulasi dan investasi awal untuk teknologi terbarukan. 

Namun, pengalaman Sido Muncul menunjukkan bahwa strategi yang terencana dapat memberikan manfaat jangka panjang, termasuk penurunan emisi, efisiensi biaya energi, dan reputasi perusahaan sebagai pelopor energi hijau.

Sido Muncul juga menekankan pentingnya kolaborasi dengan pemerintah dan lembaga energi untuk memastikan implementasi PLTS atap berjalan efektif dan selaras dengan tujuan nasional. Dengan pendekatan ini, industri dapat beradaptasi terhadap regulasi baru sekaligus mendukung target nasional pengurangan emisi.

Dampak Positif bagi Lingkungan dan Masyarakat

Penggunaan biomassa dari limbah jamu sebagai bahan bakar tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga menurunkan ketergantungan pada energi fosil. 

Pemanfaatan PLTS atap membantu menekan emisi karbon, sedangkan listrik hijau PLN mendukung keberlanjutan energi di seluruh rantai produksi. Kombinasi strategi ini memastikan bahwa perusahaan berkontribusi pada pengurangan jejak karbon nasional, sejalan dengan target NZE 2060.

Selain dampak lingkungan, inisiatif ini juga memberikan nilai sosial, seperti peningkatan kesadaran energi bersih dan dorongan bagi industri lain untuk mengadopsi praktik serupa. Dengan semakin banyak perusahaan yang mengimplementasikan PLTS atap, efek domino positif terhadap industri dan masyarakat semakin nyata.

Kebijakan PLTS atap terbaru dari Kementerian ESDM tidak menghalangi semangat industri untuk mendukung transisi energi bersih. Sido Muncul menjadi contoh nyata bahwa perusahaan dapat memanfaatkan energi hijau secara optimal, menurunkan emisi, dan tetap beroperasi secara efisien. 

Langkah-langkah strategis seperti pemanfaatan biomassa, peningkatan kapasitas PLTS atap, dan penggunaan listrik hijau PLN menunjukkan bahwa komitmen industri terhadap energi bersih bukan sekadar kepatuhan, melainkan bagian dari strategi keberlanjutan yang membawa manfaat lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Dengan pendekatan ini, Sido Muncul menunjukkan bahwa industri jamu dapat menjadi pelopor energi hijau di Indonesia, sekaligus memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian target Net Zero Emission 2060.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index