JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) kini gencar melakukan edukasi dini kepada masyarakat untuk mencegah praktik buruk membuang air besar sembarangan di sungai.
Menteri PU Dodi Hanggodo menekankan, kesadaran dari awal menjadi faktor penting agar sungai tetap bersih dan sehat.
“Perlu edukasi dini kepada seluruh lapisan masyarakat bahwa hal-hal seperti itu kalau tetap dikerjakan, maka kemudian ujung-ujungnya sungainya akan marah,” ujar Dodi.
Pendekatan Komunitas dan Kerja Sama Pemerintah
Dodi menjelaskan, edukasi ini dilakukan melalui komunikasi langsung dengan komunitas, lembaga swadaya masyarakat, serta pihak-pihak terkait lainnya. Pendekatan ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran kolektif sehingga perilaku buang air besar sembarangan di sungai dapat ditekan.
Selain edukasi, Kementerian PU juga mengambil langkah preventif berupa pembangunan tanggul dan kegiatan bersih-bersih sungai dari hulu ke hilir. Salah satunya adalah kegiatan rutin di Sungai Ciliwung, yang digelar bersama Pemerintah Kota Jakarta Selatan dan jajaran terkait.
“Tidak bisa Kementerian PU sendiri atau kementerian terkait, seperti saya sudah bilang kan Kehutanan, Lingkungan Hidup, dan seterusnya, juga dengan Pemda-Pemda terkait,” jelas Dodi. Kerja sama lintas instansi ini diharapkan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat sekitar sungai, baik dari sisi lingkungan maupun kesehatan.
Fasilitas MCK untuk Mengurangi BABS
Upaya pencegahan tidak hanya berupa edukasi dan pembersihan sungai, tetapi juga melalui penyediaan fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) komunal.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menyediakan MCK di 55 rukun warga (RW) yang masuk kategori permukiman kumuh. Program ini bertujuan meningkatkan infrastruktur dasar sehingga perilaku buang air besar sembarangan dapat dikurangi.
Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta pada tahun anggaran 2024 telah merevitalisasi 16 fasilitas MCK komunal. Kegiatan ini menjadi langkah nyata untuk menghapus perilaku BABS di lingkungan warga, terutama di kawasan padat penduduk.
Revitalisasi MCK terbukti menekan praktik BABS di sekitar fasilitas tersebut. Selain itu, keberadaan MCK mendorong masyarakat untuk memanfaatkan sarana yang lebih higienis, sehingga kualitas air sungai pun tetap terjaga.
Data BABS di Jakarta
Mengacu pada data Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Dinas Kesehatan DKI Jakarta, beberapa kelurahan mencatat angka BABS tertinggi di wilayahnya. Kelurahan Kapuk (Jakarta Barat) dan Kelurahan Mangga Dua Selatan (Jakarta Pusat) termasuk yang paling tinggi.
Selain itu, Kelurahan Penjaringan (Jakarta Utara), Kelurahan Manggarai (Jakarta Selatan), dan Kelurahan Cipinang Besar Utara (Jakarta Timur) juga menjadi perhatian pemerintah.
Data ini menjadi dasar strategi penanganan yang lebih tepat sasaran, termasuk penempatan MCK dan edukasi yang intensif. Dengan mengetahui titik-titik rawan, pemerintah dapat mengalokasikan sumber daya lebih efisien dan memaksimalkan dampak program.
Pentingnya Kesadaran Kolektif
Dodi Hanggodo menegaskan bahwa kesadaran kolektif masyarakat adalah faktor penentu keberhasilan pelestarian sungai. Jika semua pihak memahami dampak BABS terhadap kesehatan, ekosistem, dan kualitas air, maka upaya pemerintah akan lebih efektif.
Edukasi yang dilakukan Kementerian PU menekankan nilai lingkungan dan kesehatan, serta risiko jangka panjang jika perilaku BABS tetap terjadi. Program ini tidak hanya bersifat preventif, tetapi juga mengajarkan tanggung jawab sosial dan lingkungan sejak dini.
Strategi Terpadu Pemerintah
Langkah pemerintah untuk menjaga sungai agar tetap bersih bersifat terpadu, melibatkan berbagai kementerian, pemerintah daerah, dan komunitas masyarakat. Sinergi ini mencakup:
Edukasi masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran sejak dini.
Penyediaan MCK komunal di RW kawasan kumuh.
Pembersihan sungai secara rutin mulai hulu hingga hilir.
Rehabilitasi fasilitas MCK untuk mengurangi BABS.
Kolaborasi lintas instansi seperti PU, Kehutanan, Lingkungan Hidup, dan Pemda.
Dengan strategi ini, pemerintah berharap masyarakat tidak lagi menggunakan sungai sebagai toilet, sehingga kualitas air dan ekosistem sungai terjaga.
Dampak Positif bagi Lingkungan dan Kesehatan
Implementasi program ini memberi dampak ganda. Pertama, kualitas air sungai membaik, mendukung ekosistem lokal dan mencegah pencemaran. Kedua, kesehatan masyarakat meningkat karena risiko penyakit menular yang berasal dari air tercemar dapat ditekan.
Selain itu, perilaku higienis yang terbentuk di masyarakat turut mendorong perubahan sosial positif, di mana warga lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.
Kementerian Pekerjaan Umum mengedepankan edukasi dini, penyediaan MCK, dan kerja sama lintas instansi untuk mencegah sungai dijadikan toilet. Dengan pendekatan ini, pemerintah tidak hanya menjaga kebersihan sungai tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sekitarnya.
Program ini menjadi contoh konkret sinergi pemerintah dan masyarakat dalam menjaga lingkungan, sekaligus menunjukkan bahwa pelestarian sungai membutuhkan partisipasi semua pihak.
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan Sungai Ciliwung dan sungai-sungai lain di Jakarta tetap bersih, aman, dan sehat bagi generasi mendatang.