Perpusnas

Perpusnas Repatriasi 42 Naskah Kuno Nusantara Milik Filolog Timothy Behrend

Perpusnas Repatriasi 42 Naskah Kuno Nusantara Milik Filolog Timothy Behrend
Perpusnas Repatriasi 42 Naskah Kuno Nusantara Milik Filolog Timothy Behrend

JAKARTA - Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) kembali mencatat pencapaian penting dalam pelestarian warisan budaya Nusantara. 

Kali ini, lembaga tersebut berhasil merepatriasi 42 naskah kuno yang sebelumnya dimiliki almarhum filolog dan pakar studi Jawa, Dr. Timothy Behrend, dari Auckland, Selandia Baru. 

Langkah ini menegaskan komitmen Perpusnas dalam mengembalikan koleksi-koleksi penting Nusantara ke tanah air, sekaligus memastikan akses publik terhadap warisan intelektual yang bernilai tinggi.

Koleksi naskah yang dipulangkan terdiri dari beragam teks tradisi Nusantara, termasuk naskah berbahasa Jawa, Bali, dan Sasak, yang ditulis di atas kertas Eropa, daluang, serta lontar. 

Di antara naskah tersebut, terdapat karya-karya monumental seperti Serat Yusup (1814), Serat Ambiya, Serat Rama, Serat Cabolek (1947), Babad Mataram, dan Menak Yasadipura. Koleksi ini menunjukkan luasnya minat ilmiah Behrend terhadap naskah-naskah klasik Nusantara, baik dari segi sastra maupun sejarah.

“Kami berterima kasih kepada keluarga Pak Tim yang telah menyerahkan naskah dan koleksi langkanya ke Perpusnas. Semoga di rumah barunya di Indonesia, koleksi ini dapat dimanfaatkan masyarakat luas,” kata Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz.

Aminudin menambahkan, proses repatriasi ini diharapkan menjadi contoh dan membuka peluang bagi pemulangan naskah-naskah lain dari luar negeri, baik dalam bentuk fisik maupun digital, sehingga bisa diakses oleh masyarakat luas.

Proses Penyerahan Koleksi

Penyerahan koleksi dilakukan langsung oleh istri almarhum, Maren Behrend di kediaman keluarga. Keberhasilan repatriasi ini tidak lepas dari komunikasi intens antara keluarga Behrend, Perpusnas, serta dukungan Direktorat Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Wellington.

Keterlibatan Timothy Behrend dengan Perpusnas sudah berlangsung lama. Pada periode 1990-1993, Behrend memimpin proyek pemikrofilman naskah Nusantara yang mencakup koleksi Perpusnas, Universitas Indonesia, dan Museum Sonobudoyo. 

Ia juga memimpin proyek katalogisasi di Yogyakarta dan Jakarta, serta menyusun basis data Data Naskah Nusantara yang hingga kini menjadi referensi utama bagi penelitian filologi di Indonesia.

Jejak Akademik Timothy Behrend

Timothy Earl Behrend lahir di Cleveland, Ohio, Amerika Serikat, pada 17 Maret 1954. Ketertarikannya pada tradisi Jawa berkembang sepanjang perjalanan akademiknya, termasuk penelitian panjang di Solo, Leiden, dan Amsterdam. 

Disertasi doktoralnya di Australian National University, berjudul The Serat Jatiswara, menjadi kontribusi penting bagi kajian filologi Jawa.

Pada September 2024, Behrend menyampaikan niat untuk menghibahkan sebagian naskahnya ke Perpusnas. Ia sempat ingin mendeskripsikan seluruh koleksinya terlebih dahulu. 

Meskipun terdiagnosis kanker stadium akhir, ia tetap berusaha menyelesaikan deskripsi koleksinya hingga wafat pada 13 Agustus 2025. Setelah kepergiannya, jumlah naskah yang dipastikan untuk repatriasi mencapai 42 eksemplar. Pada 28 Agustus 2025, keluarga Behrend menghubungi Perpusnas untuk meneruskan amanat tersebut.

Maren Behrend menjelaskan bahwa keputusan ini merupakan amanat almarhum. “Tim berharap naskah dan koleksi lainnya dapat diserahkan ke Indonesia. Koleksinya sekitar 4.000 item, dan selain Tim, tidak ada yang bisa merawatnya,” ujar Maren.

Jenis Koleksi yang Dipulangkan

Selain naskah kuno, Perpusnas juga menerima sejumlah buku langka dan majalah lama, termasuk Majalah Djawa edisi awal (1921) dan jurnal Review of Indonesian and Malaysian Affairs (RIMA). 

Seluruh koleksi yang dipulangkan kini berada dalam pengawasan Perpusnas. Proses berikutnya mencakup pendaftaran, konservasi, dan digitalisasi.

Naskah-naskah ini kemudian akan dimasukkan ke platform digital Naskah Nusantara (Khastara), sehingga dapat diakses secara luas oleh peneliti, pelajar, dan masyarakat umum. Perpusnas juga merencanakan pameran khusus untuk memperkenalkan koleksi Behrend kepada publik, sebagai upaya edukasi sekaligus promosi warisan budaya.

Kolaborasi Internasional untuk Pelestarian Budaya

Repatriasi naskah ini menekankan pentingnya kolaborasi lintas negara dalam pelestarian warisan budaya. Perpusnas bekerja sama dengan KBRI Wellington, keluarga Behrend, dan berbagai lembaga internasional untuk memastikan naskah-naskah penting ini kembali ke Indonesia. 

Strategi ini diharapkan membuka peluang repatriasi berikutnya, tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga digital, sehingga generasi muda tetap bisa belajar dari naskah kuno tanpa harus menempuh perjalanan jauh.

Akses Digital dan Pelestarian Masa Depan

Langkah ini juga memperkuat posisi Perpusnas sebagai pusat pelestarian dan penelitian naskah Nusantara. Dengan digitalisasi koleksi, Perpusnas memastikan naskah-naskah kuno dapat diakses oleh masyarakat luas tanpa risiko kehilangan atau kerusakan fisik. 

Akses digital ini menjadi jembatan penting bagi peneliti lokal maupun internasional dalam menelusuri literatur Nusantara.

Dengan repatriasi ini, Perpusnas menunjukkan bahwa upaya melestarikan warisan budaya bukan hanya tentang menyimpan dokumen fisik, tetapi juga tentang memastikan nilai-nilai sejarah, sastra, dan budaya dapat dinikmati secara luas. 

Koleksi Behrend kini memiliki rumah baru yang aman, terawat, dan dapat diakses publik, sehingga memupuk semangat penelitian dan penghargaan terhadap naskah kuno Nusantara.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index