Pertanian

Modernisasi Pertanian Dorong Indonesia Capai Swasembada Pangan Nasional

Modernisasi Pertanian Dorong Indonesia Capai Swasembada Pangan Nasional
Modernisasi Pertanian Dorong Indonesia Capai Swasembada Pangan Nasional

JAKARTA - Indonesia mencatat pencapaian penting di sektor pertanian pada tahun pertama kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. 

Di tengah tantangan cuaca ekstrem, fluktuasi harga komoditas global, dan tekanan pasar, pemerintah berhasil mencapai swasembada pangan nasional. Keberhasilan ini tak lepas dari modernisasi pertanian yang diterapkan Kementerian Pertanian (Kementan) serta dukungan kebijakan strategis dari presiden.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menekankan pentingnya modernisasi sebagai langkah memastikan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. Pemerintah mengeluarkan 18-19 Instruksi Presiden (Inpres) yang fokus pada produksi, pengawasan, dan distribusi pangan. 

"Instruksi Presiden Prabowo Subianto yang besar dan terarah ini memungkinkan percepatan kebijakan, terutama di bidang produksi, pengawasan, dan distribusi," ujar Amran.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional hingga Oktober 2025 mencapai 31 juta ton, sementara konsumsi domestik berada di angka 27,3 juta ton. Dengan surplus 3,7 juta ton, Cadangan Beras Pemerintah juga menunjukkan stabilitas yang baik.

Pengawasan Ketat Cegah Praktik Merugikan Petani

Modernisasi pertanian tidak hanya soal peningkatan produksi, tetapi juga pengawasan ketat terhadap praktik merugikan. Dalam satu tahun terakhir, Kementan bersama aparat penegak hukum mengungkap berbagai kasus yang merugikan petani dan negara.

Kasus terbesar melibatkan peredaran pupuk palsu, yang memengaruhi sekitar 100.000 hektare lahan, dengan potensi kerugian mencapai Rp3,2 triliun. Amran menjelaskan, "Ini bukan pupuk sampah yang masih bisa jadi pupuk organik. Ini seperti tanah biasa, hampir tidak ada haranya. Negara saja ditipu, apalagi petani."

Kasus lainnya termasuk manipulasi kualitas beras premium dan medium, pengurangan takaran minyak goreng, serta pengurangan spesifikasi pupuk hingga 30 persen oleh oknum distributor. Aparat juga menindak praktik permintaan imbalan sebesar Rp27 miliar, di mana Rp10 miliar telah terealisasi sebelum tindakan hukum.

Secara keseluruhan, 75 tersangka diproses dari berbagai kasus, termasuk 60 pegawai internal Kementan yang menerima sanksi administratif hingga pidana. Amran menegaskan, "Kalau kita biarkan, sama dengan beternak kejahatan. Kita berkorban 75 atau 100 orang yang kami beri sanksi, tetapi menyelamatkan 286 juta orang."

Pembenahan Tata Kelola Tingkatkan Kesejahteraan Petani

Modernisasi pertanian juga berjalan beriringan dengan pembenahan tata kelola. Pemerintah memperbaiki sistem irigasi, memastikan distribusi pupuk berkualitas, serta menyediakan alat mesin pertanian dan benih unggul tanpa pungutan.

Langkah-langkah ini berdampak signifikan terhadap kesejahteraan petani. Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah naik menjadi Rp6.500 per kilogram, menambah pendapatan petani sekitar Rp65 triliun. 

Kenaikan produksi 4 juta ton setara dengan tambahan nilai Rp60 triliun, sehingga total pendapatan petani meningkat Rp120 triliun, dengan tambahan anggaran hanya Rp15 triliun. Nilai Tukar Petani (NTP) naik menjadi 124 persen, melampaui target 110 persen.

Amran menambahkan, "Permintaan pupuk naik 20 persen karena petani bersemangat menanam. Harganya bagus, pupuknya tersedia, hasilnya nyata."

Food Estate, Strategi Pangan Jangka Panjang

Untuk memperkuat cadangan pangan jangka panjang, pemerintah mengembangkan kawasan food estate seluas 3 juta hektare, tersebar di Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, hingga Merauke. Program ini memungkinkan pola tanam dua hingga tiga kali setahun, dengan produktivitas meningkat dari 3 ton menjadi 7 ton per hektare.

Penggunaan teknologi modern, termasuk mekanisasi berbasis drone, menurunkan biaya produksi hingga 60 persen. Kawasan food estate diproyeksikan menghasilkan 10-15 juta ton gabah per musim atau 20-45 juta ton per tahun.

Amran menjelaskan, "Kalau 3 juta hektare ini jadi dengan produksi 10 ton dan tanam tiga kali, itu 45 juta ton gabah atau 22,5 juta ton beras. Ditambah surplus sekarang 4 juta ton, artinya 20 tahun ke depan kita tidak perlu impor, bahkan bisa ekspor."

Partisipasi Generasi Muda Dorong Pertanian Modern

Program food estate juga menarik partisipasi generasi muda. Lebih dari 30.000 petani muda terjun di Merauke, Kalimantan, dan Aceh, dengan penghasilan bersih Rp20-24 juta per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa pertanian modern memberikan prospek ekonomi yang kuat dan menarik minat generasi baru.

Selain beras, pemerintah menargetkan swasembada sejumlah komoditas strategis lain, seperti telur ayam, bawang merah, dan kedelai pada tahun mendatang. Amran menegaskan, "Kalau ini selesai, pangan kita tangguh. Kalau 3 juta hektare selesai, Indonesia jadi lumbung pangan dunia."

Optimisme Pemerintah Capai Ketahanan Pangan

Dengan percepatan modernisasi, pengawasan ketat, dan dukungan kebijakan nasional, pemerintah optimistis dapat mempertahankan swasembada pangan dan memperluas kapasitas Indonesia sebagai produsen pangan global. 

Strategi ini diharapkan tidak hanya menanggulangi kebutuhan domestik, tetapi juga membuka peluang ekspor ke pasar internasional.

Keberhasilan ini menunjukkan bahwa modernisasi pertanian, pembenahan tata kelola, dan teknologi canggih dapat berjalan bersamaan dengan pemberdayaan petani, termasuk generasi muda. Dengan demikian, ketahanan pangan menjadi lebih tangguh, produktivitas meningkat, dan kesejahteraan petani terjamin.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index