Base Fuel ke SPBU Swasta

Pertamina Siapkan Pengiriman Base Fuel ke SPBU Swasta Oktober 2025

Pertamina Siapkan Pengiriman Base Fuel ke SPBU Swasta Oktober 2025
Pertamina Siapkan Pengiriman Base Fuel ke SPBU Swasta Oktober 2025

JAKARTA - Langkah strategis Pertamina Patra Niaga dalam memperluas kerja sama dengan badan usaha swasta di sektor hilir bahan bakar minyak (BBM) segera memasuki tahap baru. 

Pada akhir Oktober 2025, Pertamina menargetkan mulai mengirim kargo base fuel ke sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta.

Base fuel yang dikirimkan merupakan produk BBM murni, belum dicampur zat aditif maupun pewarna. Nantinya, SPBU swasta akan mengolahnya lebih lanjut sesuai standar dan racikan masing-masing perusahaan. 

Proses ini diharapkan memperkuat ekosistem distribusi energi nasional, serta meningkatkan variasi pasokan BBM di pasar.

Pelaksana Jabatan Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun, menegaskan bahwa pembicaraan dengan pihak swasta telah mencapai tahap akhir. 

“Tahap akhir (dalam pembahasan) adalah pengiriman kargo (base fuel) yang sudah disepakati sekitar minggu ketiga Oktober,” ujarnya.

Tiga Badan Usaha Swasta Lanjutkan Negosiasi

Dari lima badan usaha yang diajak bernegosiasi, tercatat tiga perusahaan yakni Vivo, BP-AKR, dan AKR sepakat melanjutkan proses pembahasan lebih teknis bersama Pertamina. 

Kesepakatan itu sudah dituangkan dalam dokumen pernyataan resmi yang menekankan komitmen tata kelola perusahaan (good corporate governance/GCG) dan kepatuhan regulasi.

“Ketiga badan usaha swasta telah menyampaikan kebutuhan komoditi kepada Pertamina. Selanjutnya, Pertamina akan menyampaikan kembali spesifikasi produk yang dapat memenuhi persyaratan semua pihak, termasuk mekanisme joint surveyor,” jelas Roberth.

Jika kesepakatan dicapai, proses pengadaan akan segera dilakukan, meliputi penentuan penyedia kargo, harga terbaik, hingga volume yang dibutuhkan. “Apabila mereka setuju, maka akan dilaksanakan proses pengadaan komoditi tersebut,” tambahnya.

Pertamina menegaskan bahwa kecepatan realisasi pengiriman bergantung pada kesepakatan bersama tiga badan usaha tersebut. Hal ini penting karena pengiriman kargo dilakukan secara kolektif dalam satu pengadaan, tidak bisa dipisahkan antarperusahaan.

Exxon dan Shell Belum Lanjutkan Proses

Meski tiga perusahaan swasta telah menyepakati tindak lanjut, dua badan usaha besar lain masih menahan diri. ExxonMobil dan Shell Indonesia disebut belum melanjutkan pembicaraan terkait pengadaan impor BBM melalui Pertamina.

Menurut Roberth, Shell masih membutuhkan koordinasi internal dengan kantor pusatnya mengenai pemenuhan compliance vendor. Sementara ExxonMobil berencana menunda pembelian hingga November 2025 karena stok pasokan yang dimiliki masih mencukupi.

Tantangan Kandungan Etanol

Perjalanan menuju kesepakatan tidak selalu mulus. Vivo dan BP-AKR, yang sebelumnya siap membeli base fuel dari Pertamina, akhirnya memutuskan mundur. 

Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Achmad Muchtasyar, menjelaskan bahwa pembatalan terjadi karena base fuel Pertamina mengandung 3,5 persen etanol.

“Setelah dua SPBU berdiskusi kembali dengan kami, Vivo membatalkan untuk melanjutkan dan akhirnya tidak disepakati. BP-AKR juga belakangan ikut mundur,” ujar Achmad.

Achmad menegaskan, meskipun ada penolakan dari sebagian SPBU, regulasi Indonesia masih memperbolehkan kandungan etanol hingga 20 persen dalam BBM. 

“Ini yang membuat teman-teman SPBU swasta tidak melanjutkan pembelian karena ada konten etanol tersebut. Padahal konten itu masih masuk ambang yang diperkenankan pemerintah,” jelasnya.

Direktur Vivo, Leonard Mamahit, juga membenarkan keputusan pembatalan tersebut. “Terdapat beberapa hal teknis yang tidak bisa dipenuhi oleh Pertamina sehingga apa yang sudah kami minta itu dengan terpaksa dibatalkan,” katanya. 

Namun Leonard menambahkan bahwa pintu kerja sama tetap terbuka di masa depan jika permintaan spesifikasi dapat dipenuhi.

Komitmen Tata Kelola dan Transparansi

Pertamina menegaskan bahwa seluruh proses pengadaan dilakukan secara transparan dengan prinsip tata kelola perusahaan yang baik. 

Mekanisme lelang, pemilihan penyedia kargo, hingga joint inspection dilakukan agar setiap pihak mendapatkan kepastian kualitas dan harga.

“Perlu ditekankan dan disepakati bahwa proses ini berjalan dengan kecepatan dari tiga badan usaha swasta tersebut karena pengiriman kargo dalam satu pengadaan yang sama tidak terpisah-pisah,” jelas Roberth.

Langkah ini juga sejalan dengan komitmen Pertamina untuk memperkuat persaingan sehat di pasar hilir BBM, sehingga konsumen dapat menikmati lebih banyak pilihan produk dengan standar mutu yang terjaga.

Harapan Meningkatkan Efisiensi Pasar BBM

Kerja sama pengiriman base fuel ini diharapkan membawa dampak positif terhadap efisiensi distribusi energi nasional. 

SPBU swasta bisa memanfaatkan fleksibilitas racikan produk sesuai kebutuhan pasar, sementara Pertamina tetap berperan sebagai pemasok utama base fuel.

Selain itu, keterlibatan badan usaha swasta juga akan memperkuat jaringan distribusi, membuka peluang investasi baru, serta meningkatkan daya saing sektor hilir migas di Indonesia.

Meskipun sempat menghadapi kendala teknis seperti kandungan etanol, langkah Pertamina membuka ruang kolaborasi dengan SPBU swasta menjadi sinyal kuat bahwa pasar BBM Indonesia terus bergerak menuju keterbukaan dan inovasi.

Dengan pengiriman perdana base fuel yang ditargetkan berlangsung akhir Oktober 2025, pemerintah dan Pertamina berharap kemitraan ini dapat memperkuat ketahanan energi nasional serta memberi manfaat nyata bagi konsumen di seluruh Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index