Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan signifikan pada perdagangan hari Selasa waktu setempat, bertepatan dengan pengumuman strategi baru oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang muncul untuk membentuk kembali kebijakan energi dan hubungan perdagangan negara adidaya tersebut. Langkah-langkah baru ini tampaknya memengaruhi pasar minyak global, menggerakkan harga minyak ke level yang lebih rendah.
Pada hari Rabu waktu Jakarta, harga minyak mentah AS merosot lebih dari 2%, sebuah penurunan yang signifikan dalam satu hari perdagangan. Harga minyak mentah AS anjlok sebesar USD 1,99 atau turun 2,56%, ditutup pada harga USD 76,89 per barel. Patokan harga minyak dunia, Brent, juga tak luput dari tren penurunan, turun 86 sen atau 1,07% menjadi USD 79,29 per barel sebagaimana dilaporkan oleh CNBC.
Strategi Baru Donald Trump: Tarif dan Produksi Energi Domestik
Pasar global bereaksi terhadap serangkaian pernyataan dan kebijakan baru Presiden Trump yang disebut-sebut bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi sekaligus mengubah dinamika permintaan minyak. Salah satu kebijakan kunci yang dibawa Trump adalah rencana untuk mengenakan tarif sebesar 25% terhadap Kanada dan Meksiko, dua mitra dagang utama Amerika Serikat. "Kami akan mengebor," tegas Donald Trump dalam pidato pelantikannya, menekankan kembali komitmennya untuk mendorong produksi dalam negeri seperti dikutip dari pidato pelantikannya.
Pengumuman tersebut datang setelah Trump dilantik menjadi Presiden AS dan dengan tegas menyatakan bahwa pemerintahannya akan mengutamakan peningkatan produksi bahan bakar fosil di dalam negeri. Dalam upaya ini, Trump mengumumkan keadaan darurat energi nasional, yang bertujuan untuk mencabut berbagai pembatasan pengeboran lepas pantai era Joe Biden serta menghentikan penghentian ekspor gas alam cair baru.
Konsekuensi Rasional atas Kebijakan Trump
Analisis dari para pakar menunjukkan bahwa peningkatan produksi minyak AS, bersamaan dengan penundaan pengenaan tarif, dapat menciptakan kondisi berlebihnya pasokan di pasaran di tengah permintaan global yang mungkin tertekan karena potensi perlambatan ekonomi. Risiko dari kebijakan ini ialah terganggunya dinamika pasar yang dapat membawa harga minyak ke angka lebih rendah lagi jika tidak dibarengi dengan peningkatan permintaan atau pengendalian produksi yang cukup ketat.
Menurut laporan Yahoo Finance, harga minyak mentah Brent turun mendekati angka USD 80 per barel, sebagai indikasi pelaku pasar merespon langkah kebijakan Trump terkait minyak dan strategi perdagangan. Langkah-langkah ini tentunya juga mengirimkan sinyal ke pelaku pasar di seluruh dunia mengenai arah kebijakan energi AS yang akan lebih pro kepada industri dalam negeri.
Reaksi dari Mitra Dagang AS dan Pasar
Tindakan Trump untuk mempelajari lebih lanjut kebijakan dan hubungan perdagangan AS dengan Tiongkok, Kanada, dan Meksiko menambah ketidakpastian lebih lanjut di pasar. Dukungan terhadap langkah peningkatan produksi AS diimbangi dengan kekhawatiran bahwa potensi perang tarif dengan negara-negara mitra bisa memberikan dampak negatif yang berlanjut pada pertumbuhan ekonomi global, dan pada ujungnya memengaruhi permintaan minyak.
Terlebih lagi, para pelaku pasar khawatir atas potensi gangguan terhadap pasokan yang berasal dari Kanada, yang merupakan negara pengekspor minyak terbesar ke AS. Sebelumnya, Trump sempat mengisyaratkan kepada Perdana Menteri Alberta bahwa produk minyak mungkin tidak akan dikecualikan dari skema tarif yang direncanakannya.
Kombinasi faktor, termasuk pengumuman kebijakan energi baru dan kemungkinan percekcokan perdagangan internasional, diyakini bisa mengubah peta pasar energi global secara signifikan. Namun demikian, prospek untuk perubahan drastis terhadap dinamika perdagangan minyak global akan bergantung pada detail lebih lanjut atas bagaimana kebijakan-kebijakan ini akan diimplementasikan dan bagaimana respons balik dari negara-negara mitra dagang AS.
Sampai saat ini, ketidakpastian akan tetap mewarnai pasar, dan para pelaku di industri energi serta analis ekonomi akan terus memantau langkah lebih lanjut dari pemerintahan Trump dan respons pasar secara lebih global. Dengan berbagai langkah kebijakan ini, arah harga minyak dalam waktu dekat mungkin akan terus bergejolak, menunggu kepastian dari kebijakan perdagangan dan produksi yang akan ditetapkan secara lebih komprehensif oleh AS.