Pada Rabu, 22 Januari, harga minyak dunia mengalami penurunan tipis. Penurunan ini terjadi di tengah ketidakpastian yang melingkupi pasar global setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan kebijakan-kebijakan kontroversial terkait energi pada hari pertamanya menjabat. Pasar masih mempertimbangkan kemungkinan dampak dari pernyataan darurat energi nasional yang disampaikannya.
Mengutip laporan Reuters, harga minyak mentah Brent turun sebanyak 3 sen, menjadi US$79,26 per barel. Demikian pula, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret turun sebesar 9 sen, menjadi US$75,74 per barel. Penurunan ini, meskipun tipis, mencerminkan ketidakpastian yang mendalam di kalangan pelaku pasar terkait arah kebijakan energi dan ekonomi yang akan ditempuh oleh pemerintahan Trump.
Donald Trump, setelah dilantik sebagai Presiden AS, bergerak cepat dengan mengumumkan berbagai kebijakan yang menimbulkan pro dan kontra. Salah satu kebijakan yang paling mencolok adalah pernyataannya mengenai darurat energi nasional. Selain itu, Trump mengambil langkah untuk menarik AS dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan perjanjian iklim Paris (The Paris Agreement). Kebijakan-kebijakan ini, terutama yang terkait dengan iklim, dilakukan dengan dalih untuk mempromosikan energi bersih.
Menurut para analis dari Morgan Stanley, kebijakan darurat energi nasional yang diumumkan Trump tidak diprediksi akan berdampak langsung pada investasi energi dalam jangka pendek. Akan tetapi, mereka memperingatkan bahwa langkah ini berpotensi memperlambat permintaan produk olahan minyak dalam jangka panjang. "Kebijakan yang diluncurkan pada hari pertama oleh pemerintahan Trump ini dapat memperlambat pemulihan global dari krisis permintaan energi yang ada selama ini," kata seorang analis di Morgan Stanley dalam catatannya.
Lebih lanjut, analis ini menyatakan bahwa realisasi dari janji Trump untuk mengisi kembali cadangan minyak AS dapat menimbulkan ketidakseimbangan dalam permintaan minyak dunia. Ketidakpastian ini semakin diperparah oleh kebijakan perdagangan Trump yang dianggap belum jelas arahnya, terutama setelah dia mengancam akan mengenakan tarif 25 persen pada produk impor dari Kanada dan Meksiko mulai 1 Februari. Janji ini sebelumnya disebutkan akan dilakukan pada hari pertama pemerintahannya, namun ternyata diundur.
Di sisi lain, Trump juga menyatakan kemungkinan untuk menghentikan pembelian minyak dari Venezuela, salah satu pemasok utama minyak bagi AS. Langkah ini, jika diambil, dapat mempengaruhi pasokan minyak global, meski dampaknya masih harus dilihat seiring perkembangan kebijakan luar negeri AS di bawah pemerintahan baru ini.
Sementara itu, kondisi cuaca ekstrem turut mempengaruhi operasi perminyakan di AS. Badai musim dingin yang jarang terjadi melanda wilayah Gulf Coast pada Selasa, membawa serta suhu beku yang berbahaya ke sebagian besar Amerika Serikat. Meskipun demikian, dampak badai terhadap operasi minyak dan gas relatif terbatas di Texas. Gangguan hanya terjadi dalam skala minimum pada aliran gas, dengan beberapa pemadaman listrik dan persediaan bensin yang cukup di pompa. Namun, banyak jalan dan jalan raya tetap ditutup sebagai langkah antisipasi terhadap kondisi cuaca ekstrem ini.
Dampak Lebih Lanjut di Pasar Energi Global
Dampak dari kebijakan-kebijakan ini masih menjadi topik diskusi utama di kalangan investor dan analis energi. Para investor tetap bersikap hati-hati, menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai kebijakan-kebijakan yang akan diimplementasikan oleh pemerintahan Trump. Banyak yang memperkirakan bahwa kebijakan Trump di bidang energi akan cenderung mengarah pada pengurangan regulasi yang selama ini dianggap membebani sektor energi nasional. Namun demikian, konsistensi dan implikasi jangka panjang dari kebijakan ini masih menjadi tanda tanya besar.
"Kebijakan Trump berpotensi memicu perubahan signifikan dalam pasar energi global. Namun, masih terlalu dini untuk menilai dampaknya secara keseluruhan," tambah seorang analis energi independen yang enggan disebutkan namanya.
Perjalanan kebijakan energi ini jelas masih panjang dan penuh tantangan, baik bagi para pelaku pasar di AS maupun di seluruh dunia. Pemantauan terus-menerus terhadap perkembangan kebijakan dan respons pasar akan sangat penting dalam menghadapi dinamika ini. Sementara itu, dunia menanti untuk melihat bagaimana kebijakan-kebijakan baru ini akan membentuk lanskap energi global di bawah pemerintahan Trump.