Energi

Harga Energi Global Mengalami Penurunan: Imbas Keadaan Darurat Energi Donald Trump

Harga Energi Global Mengalami Penurunan: Imbas Keadaan Darurat Energi Donald Trump
Harga Energi Global Mengalami Penurunan: Imbas Keadaan Darurat Energi Donald Trump

Dalam perkembangan terkini di pasar energi global, harga minyak mentah dan batu bara mengalami penurunan signifikan setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan keadaan darurat energi nasional. Langkah ini menimbulkan kekhawatiran akan peningkatan produksi minyak AS yang dapat mengakibatkan kelebihan pasokan di pasar energi global yang sudah mengkhawatirkan. Dampak dari kebijakan baru Trump tersebut kini mulai dirasakan di berbagai sektor energi termasuk minyak mentah, batu bara, dan juga logam seperti nikel dan timah.

Turunnya Harga Minyak Mentah

Mengutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent merosot 1,1% ke level USD 79,29 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman bulan Februari anjlok hingga 2,6%, menjadi USD 75,89 per barel. Kebijakan darurat ini di hari pertama kepemimpinan Trump diyakini banyak pihak akan mendorong produksi minyak AS yang lebih tinggi, menambah kekhawatiran akan kelebihan pasokan minyak pada tahun ini.

Tidak hanya itu, Trump juga sedang mempertimbangkan tarif impor sebesar 25% dari Kanada dan Meksiko yang akan diberlakukan mulai 1 Februari. "Kami mengevaluasi segala kemungkinan untuk melindungi kepentingan energi nasional," ujar Trump dalam pernyataannya. Pada saat bersamaan, keterbatasan kerugian minyak muncul setelah ada sinyal bahwa pemerintah bisa saja menghentikan pembelian minyak dari Venezuela. AS merupakan pembeli minyak terbesar kedua dari Venezuela setelah China.

Harga Batu Bara Pun Terkoreksi

Dalam sektor batu bara, penurunan juga terlihat pada penutupan perdagangan hari Selasa. Berdasarkan data dari tradingeconomics, harga batu bara turun sebesar 0,34% dan menetap di USD 117,75 per ton. Tren ini ditengarai oleh meningkatnya produksi yang menekan permintaan dari konsumen utama energi dunia.

Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batu Bara China mengungkapkan bahwa produksi akan meningkat 1,5% mencapai 4,82 miliar ton pada tahun 2025. Meskipun ada pertumbuhan produksi, kekhawatiran atas pengaruh China dalam memicu pertumbuhan tetap membebani konsumsi energi thermal yang telah mencapai rekor tertinggi.

Pergerakan Harga Komoditas Lainnya

Komoditas lain seperti minyak kelapa sawit (CPO) menunjukkan peningkatan harga pada penutupan perdagangan Selasa. Berdasarkan pantauan tradingeconomics, harga CPO naik 1,28% menjadi MYR 4.260 per ton. Namun, peningkatan ini tertekan oleh lemahnya permintaan dari India yang diprediksi akan turun ke level terendah dalam hampir lima tahun terakhir.

Di sisi lain, harga nikel mengalami kenaikan tipis sebesar 0,28% menjadi USD 16.045 per ton. Pasar sedang mengevaluasi dampak pemotongan produksi terhadap penawaran yang melebihi permintaan. Produsen utama dari Indonesia dikabarkan sedang mempertimbangkan kebijakan pengurangan kuota penambangan dari 270 juta ton pada 2024 menjadi 150 juta ton.

Sebaliknya, harga timah melemah 0,51% menjadi USD 30.233 per ton. Menurut tradingeconomics, permintaan timah yang merosot memperpanjang tingkat pembelian yang diredam, terutama akibat perlambatan ekonomi di China. Di tambah lagi, aktivitas penambangan yang lebih rendah dari yang diharapkan di Myanmar dan pembatasan kuota di Indonesia turut membatasi pasokan timah.

Dampak Global dan Ke Depannya

Keadaan darurat energi yang dideklarasikan oleh Trump telah memicu volatilitas di pasar energi dan sumber daya dunia. Meski ada kekhawatiran tentang peningkatan produksi yang berlebihan dari AS, efek dari kebijakan ini jelas masih akan dirasakan dalam beberapa bulan ke depan. Harga energi, logam, dan sumber daya alam lainnya tentu sangat dipengaruhi oleh dinamika kebijakan internasional ini.

Ahli ekonomi dan analis pasar di seluruh dunia terus memantau setiap langkah dan dampak yang mungkin timbul dari kebijakan energi ini. Dengan naik dan turunnya harga berbagai komoditas penting yang berbeda, perhatian akan tertuju pada bagaimana strategi ini dapat memengaruhi ketahanan energi global serta kelangsungan ekonomi nasional di berbagai negara. Masyarakat dan pelaku industri pun terus menunggu kebijakan lebih lanjut dari pemerintah AS dan negara-negara lain dalam menyikapi perubahan besar ini di sektor energi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index