Pertamina

Mantan Komut Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Diperiksa KPK Terkait Dugaan Korupsi Proyek LNG

Mantan Komut Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Diperiksa KPK Terkait Dugaan Korupsi Proyek LNG
Mantan Komut Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Diperiksa KPK Terkait Dugaan Korupsi Proyek LNG

JAKARTA - Nama Basuki Tjahaja Purnama, yang lebih dikenal sebagai Ahok, kini kembali mendominasi pemberitaan nasional. Mantan Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) ini tengah diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi pengadaan Liquefied Natural Gas (LNG) di PT Pertamina pada periode 2011 hingga 2021. Pemeriksaan ini menyoroti kembali perjalanan karier dan kehidupan pribadi seorang birokrat sekaligus politisi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Ahok lahir di Manggar, Belitung Timur, pada 29 Juni 1966. Setelah menamatkan pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Trisakti dengan meraih gelar Insinyur pada 1990, dia melanjutkan studi dan mendapatkan gelar Magister Manajemen dari Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya pada 1994. Kiprah Ahok di dunia profesional dimulai di sektor bisnis. Pada 1992, ia menjabat sebagai Direktur PT Nurindra Ekapersada dan mempersiapkan pembangunan pabrik Gravel Pack Sand (GPS).

Mengikuti jejak bisnisnya, pada tahun 1995, Ahok mendirikan pabrik pengolahan pasir kuarsa sebelum akhirnya menarik minat investor asal Korea Selatan untuk membangun pengolahan dan pemurnian bijih timah di Kawasan Industri Air Kelik pada 2004. Tahun yang sama, dia memasuki ranah politik dengan bergabung di bawah bendera Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PIB) dan menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur.

Awalnya dikenal sebagai pengusaha, Ahok kemudian merambah ke dunia politik ketingkat yang lebih tinggi. Ia menjabat sebagai Bupati Belitung Timur, kemudian terpilih menjadi Anggota DPR RI dan akhirnya memperkuat langkahnya sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta hingga naik menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Pascamenjabat sebagai Gubernur, Ahok kemudian dipercaya untuk menjabat sebagai Komisaris Utama PT Pertamina sejak 2019 meskipun posisinya sempat mendapat penentangan dari beberapa pihak. Meski demikian, Ahok tetap menunjukkan komitmen dan keterampilannya dalam perannya tersebut hingga memicu sorotan dalam kasus korupsi terbaru ini.

Pemeriksaan yang dilakukan KPK terhadap Ahok menyedot perhatian publik mengingat kasus ini melibatkan pengadaan LNG yang diduga telah merugikan negara. Ahok diperiksa sebagai saksi, mengingat perannya di Pertamina selama periode waktu yang relevan dengan kasus ini.

Kasus ini juga menyebut keterlibatan mantan Direktur Utama PT Pertamina periode 2009-2014, Karen Agustiawan. KPK terus menggali lebih dalam apakah ada indikasi penyimpangan yang dilakukan selama proses pengadaan LNG tersebut.

"Kami menghargai setiap langkah hukum yang kini sedang berjalan, dan saya meyakini bahwa kebenaran akan terungkap dalam setiap proses," ungkap pihak Ahok saat dimintai keterangan terkait kasus ini.

Selain perannya dalam badan usaha milik negara, Ahok juga dikenal memiliki aset kekayaan yang cukup signifikan. Berdasarkan pengumuman dari situs e-LHKPN KPK, kekayaannya mencapai Rp 63.365.202.592. Rincian ini mencakup kepemilikan tanah dan bangunan yang tersebar di berbagai lokasi, serta investasi dalam bentuk surat berharga dan kas setara kas.

Belum ada kesimpulan akhir mengenai keterlibatan atau tanggung jawab hukum dari Basuki Tjahaja Purnama dalam kasus ini. Namun, sorotan publik dan media akan terus mengiringi perkembangan kasus ini. Dalam iklim antikorupsi yang semakin terkonsolidasi, investigasi ini menjadi bagian dari upaya penegakan hukum yang dipercayakan kepada lembaga otoritatif seperti KPK.

Keterbukaan dan keberlanjutan dari proses hukum ini diharapkan bisa menjadi pencerahan bagi publik tentang status hukum tokoh yang telah berpengaruh dalam dunia pemerintahan Indonesia. Terlepas dari berbagai spekulasi, Ahok tetap dikenal sebagai figur yang menjanjikan perubahan signifikan dalam setiap incarannya, baik dalam dunia birokrat maupun politik nasional.

Berita selengkapnya mengenai perkembangan pemeriksaan ini dan dampaknya terhadap dunia politik maupun bisnis di Indonesia akan terus dinanti. Pengamat politik dan publik pada umumnya berharap agar kasus ini dapat diselesaikan secara transparan dan berkeadilan, memberi dampak positif terhadap tata kelola perusahaan negara dan mendorong iklim investasi yang lebih sehat di masa depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index