Kandungan Omega-3 Tinggi Ikan Sidat Indonesia Mendunia, Lebih Baik Dari Salmon

Senin, 01 Desember 2025 | 13:40:27 WIB
Kandungan Omega-3 Tinggi Ikan Sidat Indonesia Mendunia, Lebih Baik Dari Salmon

JAKARTA - Indonesia dikenal memiliki kekayaan laut dan perairan tawar yang melimpah. 

Namun, siapa sangka bahwa salah satu ikan asli Indonesia ternyata menyimpan kandungan nutrisi luar biasa yang menyaingi bahkan melebihi salmon, ikan yang selama ini terkenal tinggi omega-3? 

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menegaskan bahwa ikan sidat, atau belut Indonesia, memiliki nilai gizi tertinggi di dunia, termasuk kandungan asam lemak omega-3 yang penting bagi kesehatan manusia.

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN, Gadis Sri Haryani, menjelaskan bahwa ikan sidat memiliki kandungan omega-3, vitamin A, vitamin B kompleks, zat besi, protein, kalori, dan fosfor lebih tinggi dibanding salmon maupun gabus. 

“Selama ini, kita selalu mengira salmon yang paling tinggi, ternyata sidat justru memiliki nilai gizi tertinggi,” ujar Gadis.

Omega-3 pada sidat terdiri dari DHA (asam dokosaheksaenoat) dan EPA (asam eikosapentaenoat). DHA berperan penting dalam perkembangan dan fungsi otak, sedangkan EPA membantu mengurangi peradangan serta menjaga kesehatan jantung. 

Dengan kandungan ini, sidat menjadi salah satu sumber protein hewani yang sangat bernutrisi, bahkan dapat menjadi alternatif pengganti salmon di meja makan sehari-hari.

Siklus Hidup Sidat yang Unik

Ikan sidat termasuk biologi kritis dengan siklus hidup katadromus. Katadromus berarti ikan ini menetas di laut menjadi leptocephalus atau larva belut yang unik, berbentuk pipih, transparan, dan seperti daun, namun tidak bisa berenang aktif. 

Selama perjalanan dari laut ke estuari atau badan air semi tertutup di muara sungai, larva ini berubah menjadi glass eel atau sidat kaca.

Gadis menjelaskan bahwa siklus hidup sidat dari tiga ekosistem laut, estuari, dan air tawar sangat rentan terhadap ancaman. Tingginya permintaan pasar dan penangkapan glass eel secara berlebihan menjadi masalah besar bagi kelestarian populasi sidat di Indonesia. 

“Permintaan pasar dan tekanan penangkapan glass eel di alam menimbulkan permasalahan terkait kelestarian populasi sidat,” ujarnya.

Beberapa faktor ancaman termasuk penangkapan glass eel liar berlebihan, perubahan lingkungan muara, gangguan migrasi, hingga perubahan pola musim panen.

Akibatnya, pasokan industri menjadi tidak stabil, dengan harga yang sering berfluktuasi. Kadang, glass eel bahkan tidak terserap di pasar karena kapasitas hatchery terbatas.

Upaya Konservasi dan Pemanfaatan Berkelanjutan

Untuk menjaga kelestarian sidat, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan kebijakan pembatasan kuota penangkapan glass eel dan ukuran minimal ekspor sidat sebesar 150 gram per ekor. Regulasi ini bertujuan mengurangi eksploitasi populasi liar sekaligus mendorong pembesaran sidat di dalam negeri.

Meski begitu, tantangan tetap ada, antara lain keterbatasan kapasitas hatchery, ketergantungan pada pakan impor, dan lemahnya koordinasi antar pemangku kepentingan. 

Gadis menekankan bahwa tata kelola ekologi menjadi fondasi penting hilirisasi industri sidat. Hal ini mencakup implementasi rencana aksi nasional, konservasi berbasis bukti ilmiah, serta perlindungan terhadap struktur dan fungsi alami ekosistem perairan.

Potensi Ekonomi dan Hilirisasi Industri

Transformasi dari pengekspor bahan mentah menjadi produsen bernilai tinggi menjadi strategi penting bagi pengembangan industri sidat. Budidaya domestik dan pengolahan sidat menjadi produk hilir tidak hanya menambah nilai ekonomi tetapi juga membantu mengurangi tekanan terhadap populasi liar.

Menurut Gadis, ketahanan ekologi tercipta ketika populasi sidat terjaga, sehingga ekosistem tetap sehat. Sementara ketahanan ekonomi terwujud melalui industri sidat bernilai tinggi yang stabil dan kompetitif di pasar global.

“Pemanfaatan sidat yang bertanggung jawab akan menciptakan nilai tambah sekaligus menjaga kelestarian laut dan perairan tawar Indonesia sebagai fondasi masa depan bangsa,” ujarnya.

Sidat Indonesia bukan hanya ikan lokal biasa. Dengan kandungan omega-3 tertinggi di dunia, serta vitamin, mineral, dan protein yang melimpah, ikan ini menawarkan manfaat kesehatan luar biasa. Namun, nilai gizi yang tinggi harus dibarengi dengan pengelolaan berkelanjutan agar populasi tetap stabil.

Pendekatan berbasis sains, kebijakan pembatasan penangkapan, dan hilirisasi industri menjadi kunci untuk memanfaatkan sidat secara bertanggung jawab. 

Dengan demikian, Indonesia tidak hanya memiliki sumber daya perikanan bernutrisi tinggi tetapi juga menjaga kelestarian ekosistem perairan dan menciptakan nilai ekonomi strategis. 

Sidat menjadi simbol bahwa kekayaan laut dan perairan tawar Indonesia menyimpan potensi gizi dan ekonomi yang luar biasa, siap dimanfaatkan untuk masa depan bangsa.

Terkini