JAKARTA - Sebuah terobosan besar terjadi di dunia pertanian Jawa Barat.
Dompet Dhuafa meresmikan Industri Komunal Olahan Nanas (IKON) di Desa Cirangkong, Kecamatan Cijambe, Subang, yang mengubah hampir 1.000 petani nanas dari sekadar pemasok bahan mentah menjadi pemilik industri pengolahan. Peresmian yang berlangsung Rabu, 26 November 2025 ini menjadi tonggak penting dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat, sekaligus membuka akses petani untuk menghasilkan produk bernilai tambah seperti selai, pasta, dan jus konsentrat.
Acara peresmian berlangsung meriah dengan Tari Badaya sebagai pembuka. Turut hadir Dewan Pembina dan Pengurus Dompet Dhuafa, perwakilan Pemprov Jawa Barat dan Pemkab Subang, mitra perusahaan, serta masyarakat lokal. Simbolisasi peresmian ditandai dengan penekanan tombol sirine yang menandakan operasional IKON secara resmi dimulai.
Momen penting lainnya adalah penyerahan saham Dompet Dhuafa di PT Asia Agri Nusa senilai Rp 2,947 miliar kepada Koperasi Produsen Barokah Agro Lestari, yang menegaskan kepemilikan industri kini berada di tangan komunitas petani. Ketua Pengurus Dompet Dhuafa, Ahmad Juwaini, menegaskan bahwa IKON adalah implementasi nyata dari amanah zakat, infak, sedekah, dan wakaf (Ziswaf) untuk membangun kemandirian jangka panjang.
“Dompet Dhuafa telah melakukan pemberdayaan selama 32 tahun. Industri Komunal adalah model yang dimiliki dan dikelola secara kolektif oleh mustahik, menggunakan dana zakat dan wakaf produktif,” ujar Ahmad Juwaini.
Program IKON bukanlah inisiatif baru, melainkan kelanjutan dari pendampingan petani Cirangkong yang dimulai sejak 2013. Dengan pendekatan Philantro-preneurship—gabungan filantropi dan kewirausahaan—petani mendapatkan dukungan secara bertahap mulai dari bantuan dasar, pelatihan, pendampingan usaha, hingga pengembangan industri. “Di dalamnya ada hampir 1.000 orang dalam satu koperasi, dikelola dengan dana Ziswaf, dan pemiliknya adalah masyarakat,” tambah Ahmad.
Rahmad Riyadi, anggota Dewan Pembina Dompet Dhuafa, berharap keberhasilan IKON menjadi model pemberdayaan yang bisa diterapkan pada komoditas buah lainnya. Mesin-mesin dalam pabrik juga dirancang fleksibel agar mampu mengolah beragam jenis buah, membuka peluang pemberdayaan lebih luas.
Selain dukungan dari Dompet Dhuafa, pemerintah daerah juga menyambut positif inisiatif ini. Plt Kepala Dinas Pertanian Subang, Bambang Suhendar, menyebut IKON selaras dengan agenda hilirisasi produk pertanian yang tengah digencarkan. “Secara ekonomi, value-nya bisa berlipat sampai 300 persen. Dengan kehadiran IKON, produk petani akan lebih mudah terserap,” katanya. Bambang juga memastikan dukungan penuh dari Bupati Subang untuk pengembangan industri ini.
Asisten Daerah Perekonomian dan Pembangunan Jabar, Sumasna, mewakili Gubernur Jawa Barat, menekankan pentingnya sinergi antara filantropi, komunitas, dan pemerintah dalam memberdayakan petani. “Industri komunal adalah proses bisnis baru dengan tantangan besar, tetapi Dompet Dhuafa punya caranya. Pemerintah Jabar siap bersinergi, termasuk menyiapkan fasilitas gerbong kereta gratis untuk produk pertanian dan peternakan,” ungkapnya.
IKON Subang menjadi bukti nyata bagaimana pemberdayaan berbasis komunitas dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Dengan memiliki industri, petani tidak lagi sekadar berada di hulu rantai pasok, melainkan menjadi pahlawan ekonomi yang berperan langsung dalam rantai produksi. Keberhasilan ini juga menegaskan bahwa dana zakat dan wakaf produktif tidak hanya untuk kebutuhan darurat, tetapi mampu membangun kekuatan ekonomi jangka panjang yang berkelanjutan.
Peresmian ini sekaligus menegaskan filosofi Dompet Dhuafa dalam mengembangkan program pemberdayaan berbasis industri komunal. Dengan kolaborasi yang tepat antara filantropi, pemerintah, dan masyarakat, model ini diharapkan menjadi blueprint bagi pengembangan ekonomi kerakyatan di wilayah lain, tidak hanya di Subang, tetapi juga di seluruh Indonesia.
Hingga saat ini, hampir 1.000 petani nanas Cirangkong telah merasakan manfaat langsung dari kepemilikan industri, mulai dari peningkatan penghasilan hingga akses terhadap pelatihan dan teknologi pengolahan. Program ini juga mendorong munculnya produk olahan bernilai tinggi yang bisa bersaing di pasar lokal dan nasional.
Dengan demikian, keberadaan IKON Subang tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi, tetapi juga memperkuat kemandirian komunitas petani, meningkatkan kapasitas produksi, serta menjadi inspirasi bagi program pemberdayaan lain yang berbasis industri komunal di seluruh Indonesia.