Petani Milenial Pandeglang Optimalkan Smart Farming Capai Produksi Maksimal

Senin, 01 Desember 2025 | 12:40:06 WIB
Petani Milenial Pandeglang Optimalkan Smart Farming Capai Produksi Maksimal

JAKARTA - Di tengah upaya pemerintah memperkuat ketahanan pangan nasional, keberadaan petani milenial mulai menjadi motor penggerak transformasi pertanian modern di Indonesia. 

Salah satu contohnya terlihat di Kabupaten Pandeglang, Banten, melalui sosok Muhammad Teguh Arrosid, petani muda asal Kampung Curuggaru, Desa Kadugemblo, Kecamatan Kaduhejo. 

Teguh menerapkan konsep smart farming untuk budidaya cabai merah keriting, memperlihatkan bagaimana inovasi digital bisa meningkatkan produktivitas pertanian.

Teguh menekankan bahwa sektor pertanian perlu beradaptasi untuk mendukung swasembada pangan nasional. 

“Dalam mendukung program pemerintah untuk swasembada berbagai komoditas pertanian, salah satunya cabai, kami menanam dengan memaksimalkan lahan,” ujarnya.

Pola Tanam Super Padat dan Presisi Nutrisi

Teguh menanam cabai dengan pola super padat, mencapai 4.100 batang per 1.000 meter persegi. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibanding pola konvensional yang hanya 2.000–4.000 batang per 1.000 meter persegi. 

Seluruh proses budidaya dilakukan berbasis data yang diolah dari uji laboratorium tanah. “Tanah kami uji di laboratorium. Hasilnya kami input ke aplikasi, lalu sistem memberi rekomendasi kebutuhan hara, seperti N, P, dan K,” jelas Teguh.

Tidak hanya itu, ia juga memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT), sistem drip irigasi, serta pemupukan dan penyiraman yang disesuaikan secara presisi. Meski jarak tanam rapat 25 x 25 cm, produktivitas tetap optimal berkat manajemen nutrisi yang tepat. 

“Pupuknya kami atur untuk memaksimalkan hasil. Selain cabai, kelompok tani juga mengembangkan klaster bunga telang yang bisa dipanen setiap hari,” tambah Teguh.

Dengan pendekatan intensifikasi lahan ini, Teguh menargetkan produksi 1 ton cabai per 1.000 meter persegi, atau setara 10 ton per hektare. Angka ini lebih tinggi dibanding rata-rata produksi Provinsi Banten yang sekitar 8,5 ton per hektare. 

Teguh menegaskan, “Untuk luasan 1.000 meter persegi, target kami 1 ton. Jika diterapkan di lahan 1 hektare, hasilnya 10 ton per hektare.”

Transformasi Jarak Tanam dan Pendapatan

Produktivitas tinggi yang dicapai Teguh dimungkinkan karena perlakuan khusus, termasuk perubahan jarak tanam dari standar 60–70 cm menjadi 25 x 25 cm. Saat ini, harga cabai di tingkat petani mencapai Rp 50.000 per kilogram, sedangkan di pasaran kisaran Rp 65.000 per kilogram.

Selain cabai, kelompok tani Teguh juga mengembangkan budidaya bunga telang. Keunggulan bunga telang adalah bisa dipanen setiap hari, sehingga menjadi sumber pendapatan harian masyarakat. 

Teguh menjelaskan, “Kalau padi panen empat bulan sekali, cabai tiga bulan, tetapi bunga telang bisa dipanen setiap hari. Jadi ketahanan ekonomi harian bisa terbentuk.”

Inspirasi untuk Generasi Muda

Pilihan Teguh menekuni pertanian bukan sekadar mencari penghasilan, melainkan karena keyakinannya bahwa masa depan bangsa tergantung pada keberlangsungan pangan. 

“Saya punya prinsip, yaitu no farmer, no food, no life, no future. Kalau anak muda tidak mau bertani, siapa yang akan menjaga masa depan pangan kita?” tegasnya.

Teguh berharap pengalaman dan keberhasilannya bisa menginspirasi lebih banyak generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian, terutama dengan dukungan program pemerintah yang konsisten. 

Ia menambahkan, “Anak muda sebenarnya bukan tidak mau bertani, mereka hanya belum mengenal. Jika pemerintah konsisten mendukung, saya yakin mereka akan melihat besarnya peluang sektor ini.”

Peran Pemerintah dan Masa Depan Pertanian

Keberhasilan Teguh menjadi contoh bahwa smart farming tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru. Teknologi dan data memungkinkan pertanian lebih efisien, mengurangi risiko kegagalan panen, serta mendukung ketahanan pangan.

Program pemerintah yang mendukung petani milenial menjadi katalis bagi terciptanya inovasi pertanian modern di Indonesia. 

Dengan semakin banyak generasi muda yang memahami pentingnya pertanian digital, diharapkan ketahanan pangan nasional dapat tercapai, sekaligus menciptakan lapangan kerja baru yang menarik bagi kaum muda.

Pendekatan Teguh, yang menggabungkan teknologi, manajemen lahan presisi, dan diversifikasi tanaman, menunjukkan arah baru bagi pertanian Indonesia: modern, produktif, dan ramah ekonomi. 

Transformasi ini membuktikan bahwa pertanian bukan lagi sekadar kerja tradisional, melainkan peluang strategis untuk masa depan pangan bangsa.

Terkini