JAKARTA - Upaya memperluas pasar ekspor dan memperkuat hubungan ekonomi Indonesia dengan negara-negara Amerika Latin kembali digencarkan KBRI Lima.
Melalui pendekatan yang lebih proaktif, KBRI mendorong pelaku usaha Bolivia untuk menaruh perhatian lebih besar pada potensi perdagangan dengan Indonesia. Langkah ini diwujudkan melalui gelaran temu bisnis bertajuk Indonesia Update, yang difokuskan untuk membuka peluang di kawasan non-tradisional yang selama ini dinilai belum dimaksimalkan secara optimal.
Alih-alih hanya menyoroti data perdagangan, forum tersebut difokuskan untuk membangun kepercayaan dan memperkenalkan keunggulan ekonomi Indonesia sebagai pintu masuk kawasan Asia Tenggara.
Menurut KBRI Lima, penting bagi Bolivia untuk memahami cakupan dan peluang besar yang ditawarkan Indonesia, terutama ketika ekonomi global semakin menuntut diversifikasi mitra dagang. Dengan mempertemukan langsung pebisnis Bolivia dan perwakilan Indonesia, diharapkan komunikasi dan jaringan kerja sama dapat terbentuk lebih kuat dan berkelanjutan.
Potensi Ekonomi yang Besar Namun Belum Optimal
Duta Besar RI untuk Peru dan Bolivia, Ricky Suhendar, menegaskan bahwa hubungan perdagangan Indonesia–Bolivia masih belum mencerminkan potensi kedua negara yang sebenarnya. Dalam acara yang berlangsung di Santa Cruz pada 28 November, Ricky menyoroti perlunya kedua pihak saling membuka peluang baru agar nilai perdagangan dapat meningkat signifikan. Ia menilai bahwa masih banyak sektor yang belum tergarap secara maksimal, padahal permintaan dari pasar Bolivia memiliki peluang tumbuh.
“Nilai perdagangan Indonesia–Bolivia saat ini belum mencerminkan angka potensial. Saya berharap temu bisnis ini meyakinkan pelaku usaha Bolivia untuk berbisnis dengan Indonesia,” kata Ricky dalam keterangannya. Ia juga memaparkan berbagai faktor yang membuat Indonesia menarik sebagai mitra dagang, termasuk posisinya sebagai ekonomi terbesar di ASEAN, stabilitas pasar, serta keragaman produk unggulan yang dapat bersaing di pasar internasional.
Peserta forum yang terdiri dari sekitar 70 pimpinan perusahaan Bolivia mendapat kesempatan untuk melihat lebih dekat gambaran ekonomi Indonesia. Penyampaian tersebut menjadi bagian penting untuk mendorong pebisnis setempat memahami kapasitas industri Indonesia yang mampu memenuhi kebutuhan pasar Bolivia. Selain itu, forum ini juga menjadi ruang dialog mengenai kebutuhan dan tren pasar Bolivia yang bisa disesuaikan oleh produsen Indonesia.
Undangan untuk Perkuat Konektivitas Perdagangan
Dalam kesempatan tersebut, Ricky juga mengundang pelaku usaha Bolivia untuk hadir langsung dalam Trade Expo Indonesia ke-41 tahun depan. Pameran dagang terbesar Indonesia itu dinilai sebagai ruang strategis bagi Bolivia untuk meninjau produk, peluang investasi, serta potensi penjalinan kontrak dagang secara langsung.
Kehadiran pelaku usaha Bolivia dalam ajang tersebut diharapkan dapat memperluas jejaring dan membuka pemahaman yang lebih konkret mengenai ekosistem perdagangan Indonesia.
KBRI Lima menegaskan bahwa Bolivia adalah negara dengan populasi 11,3 juta jiwa yang menyimpan potensi pasar cukup besar. Produk-produk unggulan Indonesia seperti kendaraan, kopi, sabun, alas kaki, dan farmasi disebut memiliki peluang untuk bersaing di negara tersebut. Dengan tren konsumsi dan pertumbuhan ekonomi Bolivia yang stabil, Indonesia melihat kesempatan signifikan dalam memperkenalkan lebih banyak produk berkualitas tinggi kepada masyarakat Bolivia.
Baca juga: Presiden Bolivia serukan kebijakan litium bersama Amerika Latin
Sejalan dengan itu, temu bisnis yang digelar bekerja sama dengan Instituto Boliviano de Comercio Exterior (IBCE) menjadi salah satu langkah penting dalam membuka jalan bagi ekspansi produk Indonesia ke pasar Bolivia. Kerja sama ini juga menjadi indikasi bahwa kedua negara siap bergerak maju dalam menjalin hubungan dagang yang lebih terstruktur dan komprehensif.
Antusiasme Pelaku Usaha Bolivia pada Forum Bisnis
Presiden IBCE, Luis Ernesto Castedo Urzagaste, menyampaikan optimisme bahwa forum Indonesia Update akan melahirkan koneksi bisnis baru yang memperkuat interaksi dagang kedua negara. Ia menilai bahwa forum tersebut memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai potensi Indonesia sebagai mitra dagang yang dapat dipercaya dan menawarkan keragaman produk bernilai tinggi.
Bagi Bolivia, kerja sama dengan Indonesia dapat mendukung diversifikasi impor, terutama pada sektor-sektor yang sedang mengalami pertumbuhan kebutuhan. Melalui interaksi langsung dalam forum bisnis, para pelaku usaha Bolivia mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi mengenai logistik, standar produk, hingga potensi kerja sama jangka panjang.
Menurut data Kementerian Perdagangan RI, nilai perdagangan Indonesia–Bolivia pada 2024 mencapai 25,1 juta dolar AS. Dari jumlah tersebut, ekspor Indonesia tercatat sebesar 7,5 juta dolar AS, sementara impor dari Bolivia mencapai 14,8 juta dolar AS. Meski angkanya menunjukkan tren pertumbuhan, KBRI menilai bahwa nilai tersebut masih sangat mungkin ditingkatkan jika kedua negara memperkuat konektivitas dan memperluas jenis produk yang diperdagangkan.
Harapan Indonesia untuk Memperkuat Kerja Sama
Dalam penutupannya, Ricky menegaskan komitmen Indonesia untuk terus memperluas kerja sama ekonomi dengan Bolivia melalui program promosi, forum bisnis lanjutan, serta fasilitasi perdagangan yang lebih intensif. Indonesia, menurutnya, siap memperluas jangkauan perdagangan dengan menawarkan produk-produk berdaya saing tinggi serta membuka ruang investasi yang lebih besar.
Dengan semakin solidnya hubungan diplomatik Indonesia–Bolivia, peluang untuk memperkuat interaksi ekonomi dinilai semakin terbuka. Temu bisnis seperti Indonesia Update menjadi fondasi penting bagi masa depan perdagangan kedua negara, terutam