Strategi DMO Emas dan Hilirisasi Tembaga Tingkatkan Nilai Tambah Industri

Kamis, 27 November 2025 | 13:59:24 WIB
Strategi DMO Emas dan Hilirisasi Tembaga Tingkatkan Nilai Tambah Industri

JAKARTA - Pemerintah menegaskan pentingnya penguatan rantai pasok emas dan tembaga sebagai strategi kedaulatan mineral nasional. 

Langkah ini dilakukan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga menyiapkan Indonesia menjadi pusat pemurnian logam mulia regional. 

Fokus kebijakan ini diperkuat melalui Domestic Market Obligation (DMO) emas, integrasi smelter, serta pembangunan Precious Metal Refinery (PMR) yang menjadi fondasi hilirisasi.

“DMO emas bukan hanya mengatur pasokan dalam negeri. Ini strategi hilirisasi agar Indonesia tidak lagi sekadar menambang, tetapi menjadi pemain industri global. Dengan smelter dan PMR, Indonesia akan mengekspor bullion, bukan lagi konsentrat mentah,” ujar pengamat energi Universitas Indonesia, Ali Ahmudi.

Hilirisasi ini bukan sekadar jargon industri, tetapi langkah konkret mengurangi ketergantungan Indonesia pada fasilitas pemurnian luar negeri. 

Dengan sistem traceability domestik dan percepatan sertifikasi Good Delivery dari London Bullion Market Association (LBMA), logam mulia produksi dalam negeri diharapkan memenuhi standar internasional sekaligus meningkatkan daya saing global.

Emas dan Tembaga sebagai Pilar Ekonomi Hijau

Selain emas, tembaga menjadi fokus utama, terutama dalam mendukung transisi energi bersih. Logam ini berperan penting dalam rantai pasok kendaraan listrik, baterai, serta infrastruktur listrik hijau. 

Integrasi proyek Smelter Gresik dengan PMR memperkuat posisi Indonesia dalam ekosistem downstreaming, mendorong pertumbuhan industri logam bernilai tambah.

“Transformasi ini bagian dari visi Indonesia Emas 2045. Targetnya, Indonesia menjadi regional refining and manufacturing hub pada 2025–2035. Kombinasi DMO emas, hilirisasi tembaga, dan kebijakan industri nasional akan memperkuat posisi Indonesia di rantai pasok logam strategis dunia,” jelas Ali.

Hilirisasi emas dan tembaga diproyeksikan tidak hanya meningkatkan kapasitas industri domestik, tetapi juga menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan negara, dan memperkuat kedaulatan ekonomi di sektor mineral.

Kinerja Perusahaan Tambang Mendukung Strategi Hilirisasi

Momentum kebijakan ini tercermin dari performa dua perusahaan tambang besar di bawah MIND ID Group. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatatkan penjualan bersih Rp 72,03 triliun hingga kuartal III-2025, tumbuh 67% dibanding periode sama tahun sebelumnya. 

Segmen emas, termasuk bisnis Pulogadung dan produksi dore bar melalui PT Cibaliung Sumberdaya, menjadi penopang utama pertumbuhan margin.

Total produksi emas ANTM mencapai 590 kg (18.969 troy ons) selama sembilan bulan pertama, ditambah 151 kg (4.855 troy ons) pada kuartal III. Laba bersih melonjak hampir tiga kali lipat menjadi Rp 6,61 triliun, sedangkan posisi kas menguat ke Rp 9,26 triliun.

Sementara itu, PT Freeport Indonesia (PTFI) mencatat produksi 966 juta pon tembaga dan 876 ribu ons emas hingga September 2025. 

Meski sempat terdampak insiden mud rush di Grasberg, pemulihan operasional berlangsung bertahap. Freeport meraup pendapatan US$ 6,97 miliar dan laba bersih US$ 674 juta, dengan biaya produksi tembaga ditekan ke US$ 1,40 per pon.

Proyek Smelter Gresik dan PMR juga telah menghasilkan katoda tembaga perdana pada Juli 2025, menjadi tonggak penting menuju kemandirian pemurnian logam nasional.

Strategi Hilirisasi sebagai Pilar Kedaulatan Ekonomi

Kinerja solid ANTM dan PTFI menegaskan relevansi strategi hilirisasi yang dipadukan dengan DMO emas dan penguatan industri tembaga. Pemerintah menargetkan pembangunan smelter, penguatan rantai pasok logam mulia, dan standarisasi internasional sebagai basis transformasi industri bernilai tambah.

Ali menekankan, “Transformasi ini bukan hanya soal produksi, tetapi soal kedaulatan ekonomi. Indonesia punya peluang besar menjadi pusat pemurnian logam di kawasan, dengan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan pencapaian visi Indonesia Emas 2045.”

Langkah ini dipandang sebagai strategi jangka panjang untuk menghadapi fluktuasi pasar global, memanfaatkan kenaikan permintaan emas sebagai aset lindung nilai, serta memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok tembaga yang semakin strategis seiring percepatan transisi energi hijau.

Harapan dan Tantangan ke Depan

Penguatan hilirisasi emas dan tembaga menuntut kolaborasi intensif antara pemerintah, perusahaan tambang, dan investor. Sertifikasi internasional, integrasi smelter, serta pengembangan PMR menjadi prioritas untuk memastikan logam mulia Indonesia memenuhi standar global.

Selain itu, keberhasilan hilirisasi emas dan tembaga dipandang dapat memperkuat posisi Indonesia dalam geopolitik mineral, menjadikan negara sebagai pusat pemurnian logam di Asia Tenggara, sekaligus meningkatkan nilai tambah ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Dengan dukungan kebijakan yang konsisten dan inovasi dalam rantai pasok, Indonesia memiliki peluang nyata mengubah posisi sebagai negara pengekspor konsentrat menjadi pemain global di industri bullion dan logam strategis.

Terkini

Cara Lengkap Cek Resi Kurir Blibli 2025

Senin, 01 Desember 2025 | 09:48:09 WIB

Cara Cek iPhone iBox atau Inter, Calon Pembeli Harus Tahu!

Senin, 01 Desember 2025 | 09:48:08 WIB

5 Cara Live di TikTok Tanpa 1000 Followers: Coba Sekarang!

Senin, 01 Desember 2025 | 09:48:07 WIB

30 Tempat Wisata di Jogja Paling Populer 2025

Senin, 01 Desember 2025 | 09:48:04 WIB