JAKARTA - Dalam situasi ketika industri perikanan dunia semakin menuntut keterbukaan dan akuntabilitas.
Indonesia muncul sebagai pelopor melalui sistem digital yang mampu memastikan setiap produk perikanan dapat dilacak dari titik penangkapan hingga masuk ke pasar. Pengembangan Sistem Ketertelusuran dan Logistik Ikan Nasional (STELINA) menjadi bukti bagaimana pemerintah menjawab kebutuhan global tersebut.
Sistem ini tidak hanya berfungsi sebagai instrumen data, tetapi juga wujud komitmen Indonesia dalam memastikan praktik penangkapan dan pengolahan perikanan berlangsung secara legal, berkelanjutan, dan bertanggung jawab.
Keberhasilan STELINA meraih pengakuan resmi dari Global Dialogue on Seafood Traceability (GDST) menjadikan Indonesia negara pertama di dunia yang memiliki sistem ketertelusuran berstandar global dan dioperasikan oleh pemerintah.
Pengakuan ini menandai langkah besar dalam strategi diplomasi perikanan Indonesia, sekaligus memberi peluang lebih luas bagi produk nasional untuk bersaing di pasar internasional.
Pengakuan GDST dan Arti Pentingnya bagi Indonesia
Pengakuan dari GDST bukan sekadar pencapaian administratif, tetapi bukti konkret bahwa sistem nasional Indonesia telah memenuhi standar global yang disusun melalui kolaborasi internasional lintas pemangku kepentingan sektor perikanan.
Plt. Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Machmud, menjelaskan bahwa keberhasilan ini merupakan hasil konsistensi KKP dalam membangun digitalisasi proses ketertelusuran dari hulu hingga hilir.
“Penerapan standar GDST pada STELINA menunjukkan bahwa Indonesia telah berhasil menerapkan standar global pada sistem ketertelusuran yang kredibel dan akuntabel di sektor kelautan dan perikanan,” ujar Machmud.
STELINA memainkan peran penting dalam menjawab tuntutan pasar dunia yang semakin ketat. Negara-negara importir besar kini meminta jaminan mengenai legalitas, keberlanjutan, dan tanggung jawab lingkungan pada setiap produk perikanan yang masuk ke wilayah mereka. D
engan sistem yang terintegrasi, Indonesia mampu menyediakan data terperinci seperti lokasi penangkapan, metode penangkapan, hingga proses pengolahan, sehingga seluruh rantai pasok menjadi transparan bagi konsumen global.
Menurut Machmud, keberhasilan STELINA memenuhi standar GDST menjadi peluang strategis bagi Indonesia untuk memperluas akses pasar internasional.
Ia menegaskan kembali bahwa, “Melalui STELINA, pelaku usaha dapat membuktikan asal-usul ikan yang diproduksi, termasuk metode penangkapan dan proses pengolahannya. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan pasar internasional terhadap produk perikanan Indonesia.”
Kolaborasi Global untuk Meningkatkan Kapasitas Nasional
Implementasi STELINA tidak hanya berfokus pada peningkatan kapasitas di dalam negeri, tetapi juga memperkuat peran Indonesia sebagai penggerak standar ketertelusuran di kawasan Asia Tenggara.
KKP menggandeng Southeast Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC) serta Japan International Cooperation Agency (JICA) dalam menyelenggarakan On-site Training on the Implementation of National Fish Traceability and Logistics Systems (STELINA).
Selain menjadi ajang peningkatan kapasitas nasional, kegiatan tersebut juga menjadi momen berbagi pengalaman bagi negara-negara anggota SEAFDEC lainnya.
Dengan demikian, Indonesia bukan hanya menjadi pengguna sistem berstandar internasional, tetapi juga berperan sebagai mentor regional dalam membangun ketertelusuran perikanan yang selaras dengan standar global.
SEAFDEC dan JICA memberikan dukungan penuh pada kegiatan ini, yang merupakan bagian dari program capacity building untuk memperkuat upaya penanggulangan Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing).
Ancaman IUU Fishing masih menjadi isu yang menyatu dengan dinamika keamanan laut di kawasan Asia Tenggara. Melalui sistem dan pelatihan seperti ini, Indonesia menunjukkan kepemimpinannya dalam mendorong tata kelola perikanan yang lebih kuat dan terstandar.
Fondasi Teknis: Memahami Standar GDST
Agar dapat diakui secara global, sistem ketertelusuran harus memenuhi parameter tertentu yang telah disepakati oleh industri perikanan internasional.
Standar GDST sendiri menetapkan Key Data Elements (KDE) yang wajib tersedia dalam sistem ketertelusuran. Beberapa elemen tersebut meliputi:
lokasi tangkapan,
metode penangkapan,
izin kapal,
data pendaratan,
sertifikasi dan dokumen legalitas lainnya.
KDE ini dibuat untuk memastikan bahwa setiap produk yang diperdagangkan di pasar internasional dapat dilacak hingga ke sumbernya. Bagi pasar seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang yang menerapkan standar ketat keberadaan data ini menjadi syarat mutlak.
Implementasi STELINA yang sesuai KDE membuat Indonesia mampu memenuhi standar tersebut secara terpadu. Tak hanya itu, STELINA menjadi bukti bahwa negara berkembang pun mampu mengadopsi sistem digital canggih yang biasanya lebih dulu digunakan oleh negara-negara maju.
Perluasan Implementasi STELINA dan Visi Transportasi Perikanan Indonesia
Setelah mendapatkan pengakuan internasional, KKP menargetkan perluasan implementasi STELINA ke lebih banyak wilayah sentra perikanan di Indonesia. Langkah ini selaras dengan strategi besar pemerintah dalam meningkatkan daya saing produk nasional.
Integrasi sistem ketertelusuran di berbagai lini usaha perikanan akan memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pemain utama dalam perdagangan global produk laut.
Selain itu, perluasan STELINA akan mendukung agenda hilirisasi di sektor perikanan. Melalui penguatan rantai nilai, produk ikan akan memiliki nilai tambah yang lebih tinggi karena prosesnya tercatat jelas, terdokumentasi, dan dapat diverifikasi melalui sistem digital yang terintegrasi.
Rencana ini juga sejalan dengan visi jangka panjang KKP dalam menerapkan konsep ekonomi biru. Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, sebelumnya menegaskan komitmen pemerintah untuk memastikan kegiatan penangkapan dan budidaya perikanan berlangsung secara berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Kebijakan ekonomi biru menuntut pemanfaatan sumber daya kelautan secara bijak, di mana keberlanjutan menjadi prioritas utama.
Indonesia Menuju Standar Baru Tata Kelola Perikanan Dunia
Penerapan STELINA yang telah memenuhi standar global GDST bukan hanya menempatkan Indonesia sebagai pionir, tetapi juga memperkuat posisi negara dalam diplomasi perdagangan dan tata kelola perikanan internasional.
Dengan sistem ketertelusuran yang kredibel, pelaku usaha perikanan nasional kini memiliki alat yang mampu memperkuat kepercayaan pasar global.
Melalui digitalisasi, kolaborasi regional, serta komitmen kuat terhadap keberlanjutan, Indonesia menunjukkan bahwa pengelolaan perikanan modern bukan lagi sekadar wacana, melainkan realitas yang terus dikembangkan.
Ke depan, STELINA menjadi fondasi penting dalam membangun sektor perikanan yang lebih transparan, berdaya saing, dan siap menghadapi tantangan global.