JAKARTA - Ketahanan pangan nasional tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan stok di tingkat nasional, tetapi juga oleh kekuatan produksi di desa-desa.
Pemerintah menempatkan desa sebagai basis strategis, di mana berbagai kebijakan dan program diarahkan untuk memastikan produktivitas, kepastian pasar, serta keterlibatan generasi muda dalam pertanian.
Beberapa langkah utama mencakup penetapan harga pembelian pemerintah, program Cetak Sawah Rakyat (CSR), pembentukan Brigade Pangan, serta penyerapan gabah melalui program Serapan Gabah (Sergab) oleh BULOG.
Strategi ini tidak hanya menambah luas lahan tanam, tetapi juga membentuk ekosistem pertanian yang modern dan tangguh, yang menjadi fondasi bagi swasembada pangan Indonesia.
Kepastian Harga Gabah untuk Menstabilkan Pasar
Salah satu instrumen penting pemerintah adalah penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah kering panen sebesar Rp6.500 per kilogram. Kebijakan ini memberikan kepastian harga bagi petani, terutama pada masa panen, sekaligus menjadi mekanisme stabilisasi pasokan beras nasional.
Dampak kebijakan ini sudah terlihat secara nyata. Stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) tercatat mencapai 4 juta ton pada 29 Mei 2025, angka tertinggi sejak BULOG berdiri.
Dengan kepastian harga, petani tidak perlu khawatir menghadapi fluktuasi pasar yang ekstrem, sehingga produksi dapat meningkat secara konsisten. Selain itu, HPP juga mendorong petani untuk menambah luas tanam karena hasil panen mereka akan terserap di pasar yang dijamin pemerintah.
Program Cetak Sawah Rakyat (CSR) dan Brigade Pangan
Selain kepastian harga, pemerintah aktif mendorong pemanfaatan lahan tidak produktif melalui program Cetak Sawah Rakyat (CSR).
Lahan tidur diubah menjadi areal tanam produktif yang dapat meningkatkan kapasitas produksi lokal. Program ini merupakan salah satu strategi pemerintah untuk memperkuat ketahanan pangan dari hulu, yakni dari tingkat desa.
Untuk memperkuat implementasi program CSR, pemerintah daerah membentuk Brigade Pangan yang melibatkan petani milenial. Brigade ini mengelola lahan CSR maupun lahan Optimasi Lahan (Oplah) dan menjadi bagian dari strategi peningkatan kapasitas produksi lokal.
Hingga Agustus 2025, Brigade Pangan telah meluas ke berbagai wilayah, memperkuat basis produksi di desa-desa, sekaligus mendorong modernisasi pertanian melalui inovasi dan teknologi.
Pelibatan generasi muda di desa tidak hanya menambah tenaga kerja produktif, tetapi juga memperkenalkan pendekatan baru dalam bercocok tanam, seperti digitalisasi pertanian dan praktik ramah lingkungan.
Serapan Gabah (Sergab) untuk Menjamin Pemasaran
Ketidakpastian pasar sering menjadi kendala bagi petani saat panen raya, ketika harga cenderung anjlok. Untuk mengatasi hal ini, BULOG menjalankan program Serapan Gabah (Sergab).
Melalui Sergab, gabah dibeli sesuai ketentuan harga dan mutu yang ditetapkan oleh Badan Pangan Nasional. Program ini dimulai sejak 15 Januari 2025 dan menjadi mekanisme penting dalam menjaga stabilitas harga.
Sergab memastikan bahwa petani memiliki kepastian bahwa hasil panen akan terserap, sehingga risiko kerugian akibat penurunan harga pasar dapat diminimalkan.
Dengan adanya program ini, kombinasi antara HPP dan Sergab membentuk sistem jaring pengaman ekonomi yang melindungi petani sekaligus menjaga cadangan pangan nasional.
Ekosistem Produksi yang Tangguh dan Terintegrasi
Kebijakan harga, program CSR, pembentukan Brigade Pangan, dan Sergab membentuk ekosistem produksi pangan yang lebih tangguh dan terintegrasi.
Desa menjadi pusat produksi sekaligus laboratorium inovasi pertanian. Program ini mendorong modernisasi pertanian melalui mekanisasi, teknologi pertanian, dan partisipasi generasi muda.
Brigade Pangan, yang sebagian besar terdiri dari petani milenial, menjadi ujung tombak modernisasi. Mereka membawa pengetahuan tentang pertanian digital, pemantauan hasil panen, serta metode tanam yang lebih efisien.
Pendekatan ini memastikan setiap tahap produksi mulai dari pengolahan lahan hingga panen dapat tercatat, terdokumentasi, dan dioptimalkan.
Selain itu, desa menjadi model integrasi antara produksi, teknologi, dan keberlanjutan. Hal ini membuat program pemerintah tidak sekadar meningkatkan kuantitas, tetapi juga kualitas dan efisiensi produksi pangan.
Desa sebagai Lumbung Pangan Nasional
Ke depan, keberhasilan program di desa-desa menjadi penentu lumbung pangan nasional. Dengan teknologi, pendampingan, dan kebijakan harga yang berpihak pada petani, pemerintah berharap swasembada pangan tidak lagi sekadar target, tetapi capaian nyata.
Fokus pada desa memastikan seluruh rantai produksi dari pengolahan lahan hingga distribusi beras terintegrasi. Pendekatan ini menciptakan pertanian yang lebih profesional, efisien, dan adaptif terhadap perubahan iklim maupun fluktuasi pasar.
Desa juga menjadi tempat pengembangan kapasitas generasi muda, yang akan menjadi penerus pertanian modern di Indonesia.
Modernisasi Pertanian untuk Keberlanjutan
Pelibatan generasi muda, penggunaan teknologi, dan mekanisasi pertanian adalah bagian dari strategi modernisasi yang berkelanjutan. Dengan pendekatan ini, produktivitas meningkat, kualitas hasil panen lebih terjaga, dan dampak lingkungan dapat diminimalkan.
Program CSR dan Sergab memungkinkan desa menjadi pusat inovasi pertanian, sekaligus memastikan ketersediaan pangan nasional stabil sepanjang tahun.
Kebijakan ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan tidak hanya terkait jumlah produksi, tetapi juga bagaimana produksi itu dikelola secara efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
Ketahanan Pangan Dimulai dari Desa
Sinergi antara HPP, CSR, Brigade Pangan, dan Sergab membentuk pondasi kuat bagi ketahanan pangan Indonesia. Desa menjadi pusat produksi sekaligus laboratorium inovasi, di mana generasi muda, teknologi, dan kebijakan berpihak pada petani bersatu.
Dengan strategi ini, produksi pangan nasional semakin terjamin, harga stabil, cadangan beras mencapai level optimal, dan swasembada pangan bukan sekadar janji, tetapi capaian nyata. Desa, dengan dukungan pemerintah dan pemuda, menjadi kunci keberhasilan ketahanan pangan yang berkelanjutan.