JAKARTA - Pasar properti Jakarta diproyeksikan memasuki fase pertumbuhan yang lebih stabil dalam beberapa tahun mendatang.
Fondasi ekonomi yang kuat, kombinasi kebijakan pemerintah, serta perubahan strategi dari para penyewa korporasi menjadi faktor utama yang menopang optimisme ini.
Managing Director CBRE Advisory Services Indonesia, Angela Wibawa, menekankan bahwa terbatasnya pasokan baru di segmen primer akan mendukung stabilitas okupansi sekaligus menjaga harga sewa tetap kompetitif.
“Sementara perluasan ritel berbasis logistik tetap menjadi pendorong utama,” jelas Angela.
Perubahan pola permintaan penyewa menjadi sorotan utama. Anton Sitorus, Head of Research & Consultancy CBRE, menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berhasil dipertahankan di sekitar 5% dalam lima tahun terakhir memberikan momentum positif untuk sektor properti.
“Target ambisius pemerintah sebesar 6%-8% pada 2029 mencerminkan keyakinan terhadap prospek jangka panjang negara ini,” tambahnya.
Sektor Perkantoran: Fokus Kualitas dan Keberlanjutan
Pada sektor perkantoran, perusahaan kini lebih mengutamakan kualitas, efisiensi, dan keberlanjutan daripada sekadar ukuran gedung besar. Gedung berlabel hijau dengan fasilitas modern semakin diminati, karena selain mencerminkan citra perusahaan, juga mendukung kesejahteraan karyawan.
Stok perkantoran di kawasan pusat bisnis (CBD) saat ini tercatat mencapai 7,1 juta meter persegi, dengan tingkat okupansi 75% dan sewa rata-rata Rp170.000 per meter persegi per bulan.
Namun, pasokan baru sangat terbatas, diperkirakan hanya 188.000 meter persegi hingga 2028. Kekurangan pasokan ini mulai mendorong kenaikan sewa, khususnya di gedung premium, sekaligus memperkuat tren “flight-to-quality,” yakni preferensi penyewa terhadap gedung berkualitas tinggi dan ramah lingkungan.
Anton menambahkan bahwa gedung modern kini tidak hanya memenuhi kebutuhan ruang kerja, tetapi juga mencerminkan nilai perusahaan dan daya tarik bagi talenta muda.
Dengan fokus pada keberlanjutan, gedung perkantoran premium menjadi investasi jangka panjang yang menguntungkan bagi penyewa maupun pemilik properti.
Segmen Industri dan Logistik: Permintaan Melonjak
Sektor industri dan logistik juga menunjukkan prospek cerah. Permintaan lahan industri dan fasilitas logistik modern terus meningkat, seiring pertumbuhan e-commerce yang masif serta posisi strategis Indonesia sebagai basis manufaktur kendaraan listrik.
CBRE mencatat bahwa harga sewa lahan industri tetap stabil, meski tekanan pasar kian meningkat karena pasokan sulit mengejar permintaan.
Anton menjelaskan bahwa tren ini mendorong pengembang untuk membangun fasilitas logistik yang lebih efisien dan modern.
Kebutuhan akan gudang modern, cold storage, dan pusat distribusi semakin tinggi, terutama untuk mendukung rantai pasok e-commerce dan ekspor-impor. Dengan meningkatnya investasi di sektor ini, Jakarta dan wilayah sekitarnya diproyeksikan menjadi hub logistik utama nasional.
Ritel: Mal Bertransformasi Jadi Pusat Gaya Hidup
Sektor ritel Jakarta mengalami transformasi signifikan. Pusat perbelanjaan kini tidak hanya sebagai lokasi belanja, tetapi juga menjadi tempat gaya hidup. Strategi inovatif seperti pop-up store, zona tematik, dan berbagai acara interaktif meningkatkan keterlibatan pengunjung.
Mal premium tetap memimpin kinerja, sedangkan mal kelas menengah berinovasi melalui program aktivasi yang menyasar audiens digital. Anton menekankan bahwa perubahan ini sejalan dengan perilaku konsumen modern yang lebih mengutamakan pengalaman dibandingkan sekadar transaksi.
Konsep ini juga mendukung keberlanjutan bisnis ritel jangka panjang dengan menarik pengunjung lebih banyak dan meningkatkan loyalitas konsumen.
Pusat Data: Dorongan Ekonomi Digital
Selain sektor tradisional, permintaan pusat data meningkat pesat. Percepatan digitalisasi, cloud computing, dan adopsi teknologi digital oleh perusahaan mendorong pertumbuhan infrastruktur data.
CBRE mencatat Indonesia berada di peringkat kedua kawasan Asia Tenggara untuk kapasitas pipa pusat data, dengan pasokan diperkirakan meningkat sekitar 40% dalam waktu dekat.
Ketersediaan lahan industri dan infrastruktur energi menjadi faktor penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital.
Anton menyebutkan bahwa pusat data kini menjadi salah satu pilar pertumbuhan properti modern karena kebutuhan perusahaan untuk menyimpan dan mengelola data meningkat signifikan.
Strategi Investasi dan Tren Masa Depan
Para pengembang dan investor kini menyesuaikan strategi mereka untuk menghadapi tren pasar baru. Gedung hijau, efisiensi energi, teknologi modern, dan fasilitas pendukung menjadi prioritas.
Anton dan Angela sepakat bahwa adaptasi terhadap tren keberlanjutan dan digitalisasi akan menjadi penentu kesuksesan investasi properti jangka panjang di Jakarta.
Selain itu, stabilitas ekonomi makro, termasuk pertumbuhan GDP dan target pemerintah, menjadi dasar pengambilan keputusan investasi. Dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil, sektor properti diperkirakan tetap menarik bagi investor lokal maupun asing.
Peluang dan Tantangan
Pasar properti Jakarta berada di jalur stabil dengan prospek cerah di berbagai sektor. Sektor perkantoran premium, lahan industri, fasilitas logistik, mal gaya hidup, dan pusat data menjadi pendorong utama pertumbuhan.
Tantangan tetap ada, seperti keterbatasan pasokan dan adaptasi terhadap tren modern, baik dari sisi keberlanjutan maupun digitalisasi.
Strategi adaptif dari pengembang, investor, dan penyewa sangat penting untuk menjaga stabilitas pasar sekaligus memaksimalkan peluang.
Kerja sama antara sektor swasta dan pemerintah diharapkan dapat mendukung pertumbuhan properti Jakarta, meningkatkan nilai investasi, serta menyeimbangkan permintaan dan pasokan di masa mendatang.
Angela dan Anton menegaskan bahwa fokus pada kualitas, keberlanjutan, dan teknologi modern akan menjadi kunci bagi pertumbuhan properti Jakarta yang dinamis dan berkelanjutan.
Pertumbuhan sektor industri, logistik, dan pusat data menjadi bukti bahwa pasar properti ibukota tidak hanya bertahan, tetapi juga bertransformasi mengikuti perkembangan ekonomi dan digital.
Dengan demikian, Jakarta siap menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, memastikan pasar properti tetap stabil, kompetitif, dan relevan bagi penyewa serta investor.