Atrial Septal Defect: Kenali Gejala dan Cara Penanganannya

Rabu, 08 Oktober 2025 | 09:44:00 WIB
Atrial Septal Defect: Kenali Gejala dan Cara Penanganannya

JAKARTA - Penyakit jantung masih menjadi ancaman serius bagi masyarakat Indonesia.

Data kesehatan tahun 2024 mencatat, penyakit ini merupakan penyebab kematian tertinggi di Tanah Air dengan sekitar 1,5 persen penduduk Indonesia tercatat menderita penyakit jantung. 

Angka tersebut menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap berbagai jenis penyakit jantung masih tergolong rendah. Salah satu penyakit yang sering terabaikan karena kurang dikenal adalah Atrial Septal Defect (ASD) atau kelainan sekat jantung bawaan.

Menurut Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Kardiologi Pediatrik dan PJB, dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K), Atrial Septal Defect merupakan kondisi jantung bawaan yang ditandai adanya lubang pada septum atrium, yaitu dinding pemisah antara atrium kiri dan kanan. Kondisi ini menyebabkan sebagian darah kaya oksigen dari atrium kiri berpindah ke atrium kanan, yang seharusnya tidak terjadi pada jantung normal.

“ASD atau Atrial Septal Defect adalah penyakit jantung bawaan di mana terdapat lubang pada septum atrium, dinding yang memisahkan atrium kiri dan kanan jantung,” jelas dr. Radityo melalui akun Instagram RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.

Bagaimana ASD Terjadi

Secara anatomi, jantung manusia memiliki empat ruang utama: dua atrium di bagian atas dan dua ventrikel di bagian bawah. Atrium kiri berfungsi menerima darah yang kaya oksigen dari paru-paru, sementara atrium kanan menampung darah dengan kadar oksigen rendah dari seluruh tubuh untuk kemudian dialirkan kembali ke paru-paru.

Pada kondisi normal, septum atrium berfungsi memisahkan kedua ruang tersebut agar darah tidak bercampur. Namun, pada penderita ASD, dinding pemisah itu tidak menutup sempurna sejak lahir sehingga menimbulkan celah. Lubang inilah yang menyebabkan aliran darah abnormal, di mana darah dari atrium kiri (beroksigen tinggi) mengalir ke atrium kanan (beroksigen rendah).

Ketidakseimbangan ini membuat jantung bekerja lebih keras, terutama bagian kanan yang harus memompa lebih banyak darah ke paru-paru. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat menyebabkan pembesaran jantung, gangguan irama jantung, hingga gagal jantung.

Gejala yang Sering Tidak Disadari

Menariknya, banyak penderita ASD tidak merasakan gejala apa pun di usia muda. Menurut dr. Radityo, tanda-tanda penyakit ini sering kali baru muncul saat memasuki usia remaja akhir atau dewasa muda, yakni pada dekade kedua hingga ketiga kehidupan.

“Tingkat keparahan cacat bervariasi tergantung pada ukuran lubang dan jumlah darah yang dialirkan dari satu atrium ke atrium lainnya. Umumnya, penderita ASD tidak menimbulkan gejala sehingga banyak yang baru mengetahui saat dewasa,” ungkapnya.

Gejala yang mungkin muncul antara lain cepat lelah, sesak napas setelah aktivitas, jantung berdebar, atau pembengkakan pada tungkai. Namun, karena sifatnya ringan dan berkembang perlahan, banyak orang mengira keluhan tersebut hanya akibat kelelahan biasa.

Risiko dan Komplikasi Jika Tidak Ditangani

Meski terlihat ringan, ASD yang dibiarkan tanpa penanganan dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius di kemudian hari. Peningkatan aliran darah ke paru-paru dapat menimbulkan hipertensi pulmonal, yaitu tekanan darah tinggi di pembuluh darah paru. Selain itu, beban kerja berlebih pada sisi kanan jantung dapat menyebabkan gagal jantung kanan atau gangguan irama jantung seperti fibrilasi atrium.

Jika ASD tidak ditutup hingga usia dewasa, risiko komplikasi semakin tinggi. Beberapa penderita juga bisa mengalami stroke akibat aliran darah yang tidak normal di jantung. Karena itu, deteksi dan penanganan dini sangat penting untuk mencegah kondisi memburuk.

Penanganan dan Pilihan Pengobatan

Metode pengobatan ASD bergantung pada ukuran lubang dan gejala yang ditimbulkan. Pada kasus lubang kecil, pasien mungkin tidak memerlukan tindakan medis karena tubuh dapat menutup celah tersebut secara alami. Namun, untuk ASD berukuran besar, intervensi medis perlu dilakukan agar jantung tidak terus bekerja terlalu keras.

“Jika baru diketahui pada usia dewasa, tidak perlu takut sebab dokter jantung akan membantu memilihkan tata laksana terbaik,” ujar dr. Radityo.

Ia menambahkan, penanganan dapat dilakukan melalui pembedahan terbuka atau prosedur kateterisasi (transkateter closure). Pada metode kateter, dokter memasukkan alat khusus melalui pembuluh darah untuk menutup lubang tanpa operasi besar. Prosedur ini dinilai lebih aman dan memiliki waktu pemulihan yang lebih cepat.

Selain itu, pasien disarankan rutin melakukan pemeriksaan jantung untuk memantau kondisi dan fungsi organ tersebut. Dengan pengobatan yang tepat, penderita ASD dapat menjalani hidup normal tanpa gangguan berarti.

Pentingnya Kesadaran dan Deteksi Dini

Kasus ASD sering kali tidak terdeteksi karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang jenis-jenis penyakit jantung bawaan. Pemeriksaan kesehatan rutin, terutama bagi anak-anak dan remaja, dapat membantu menemukan kelainan jantung sejak dini.

Pemeriksaan dengan ekokardiografi (USG jantung) menjadi cara paling efektif untuk mendeteksi adanya lubang pada septum atrium. Jika ditemukan sejak awal, tindakan medis dapat dilakukan sebelum muncul komplikasi serius.

Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang gejala dan risiko penyakit jantung bawaan seperti ASD menjadi langkah penting dalam menurunkan angka kematian akibat penyakit jantung di Indonesia. Melalui edukasi, pemeriksaan rutin, dan penanganan tepat, penderita dapat tetap memiliki kualitas hidup yang baik.

Terkini