Dalam upaya memperkuat industri penerbangan Indonesia, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan rencana besar untuk menggabungkan dua maskapai milik BUMN yakni Garuda Indonesia dan Pelita Air. Langkah ini dinilai penting untuk meningkatkan efektivitas operasional dan daya saing internasional.
Erick Thohir menekankan bahwa integrasi antara maskapai pelat merah ini akan memberikan keuntungan strategis, mengingat jumlah armada pesawat yang ada saat ini belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus meningkat. "Garuda Indonesia akan tetap melayani penerbangan kelas premium, sementara Pelita Air akan difokuskan pada penerbangan kelas ekonomi premium," ungkap Erick saat dijumpai di The Energy Building, Jakarta. Ia juga menambahkan bahwa Citilink akan tetap fokus pada pasar penerbangan berbiaya murah, sehingga seluruh segmen pasar dapat terlayani dengan baik.
Dalam pernyataannya, Erick menggarisbawahi bahwa integrasi ini bukan sekadar wacana, tetapi sebuah keharusan untuk memajukan industri penerbangan nasional yang dikelola oleh BUMN. "Integrasi ini harus segera kita laksanakan mengingat jumlah pesawat kita belum memadai. Ini penting agar kita bisa lebih kompetitif di kancah internasional," tegasnya. Meski demikian, Erick belum mengungkapkan target waktu pasti kapan merger tersebut akan dilaksanakan, seraya menambahkan bahwa penyatuan ini masih dalam tahap kajian lebih dalam.
Keuntungan Indonesia Bergabung dengan BRICS di Tengah Gejolak Ekonomi Global
Tidak hanya berfokus pada sektor penerbangan, perhatian juga tertuju pada keputusan strategis Indonesia dalam bergabung dengan BRICS, kelompok ekonomi negara-negara berkembang. Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyoroti berbagai keuntungan yang akan diperoleh Indonesia dari keanggotaannya dalam BRICS. Menurut Luhut, langkah ini memberikan peluang signifikan bagi Indonesia untuk memperluas pasar dagang, terutama di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian.
"Dengan bergabungnya Indonesia dalam BRICS, kita mendapatkan akses ke pasar yang jauh lebih besar. Ini adalah kesempatan yang harus dimanfaatkan dengan baik, mengingat tantangan ekonomi global saat ini," ujar Luhut dalam konferensi pers di Jakarta. Dia menambahkan bahwa dinamika ini penting untuk menghadapi isu-isu seperti krisis energi di Eropa, pelemahan ekonomi China, serta kebijakan perdagangan dari Amerika Serikat.
Menteri BUMN Erick Thohir turut angkat bicara mengenai manfaat strategis dari bergabungnya Indonesia dengan BRICS. Menurut Erick, banyak anggota BRICS yang merupakan mitra dagang utama Indonesia, dan kehadiran di kelompok tersebut akan memberikan dorongan perdagangan yang lebih menguntungkan. "Ini adalah langkah penting bagi Indonesia untuk memperkuat posisi dalam perdagangan internasional, terutama dengan negara-negara di kawasan selatan," ujar Erick.
Langkah ini sejalan dengan strategi Erick Thohir dalam meningkatkan daya saing berbagai sektor strategis di Indonesia melalui kolaborasi dan integrasi. Dengan memanfaatkan posisi Indonesia di BRICS, diharapkan akan terjadi peningkatan signifikan dalam aktivitas perdagangan dan investasi lintas negara. Kedepannya, merger antara Garuda Indonesia dan Pelita Air, serta keanggotaan penuh dalam BRICS diperkirakan akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dalam menghadapi isu tantangan global dan menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi, integrasi industri penerbangan nasional dan keanggotaan aktif dalam kelompok BRICS menjadi fokus utama pemerintah Indonesia. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan Indonesia dapat meningkatkan daya saingnya di kancah internasional dan terus berkembang sebagai kekuatan ekonomi baru di tengah perubahan global yang dinamis.