Jakarta - Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta mengingatkan warga ibu kota untuk berhati-hati dalam membeli alat kelistrikan yang murah. Meskipun tampak menggoda dengan harga terjangkau, alat listrik murah sering kali tidak memenuhi standar keselamatan dan berisiko tinggi menyebabkan korsleting yang berujung pada kebakaran.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Gulkarmat DKI Jakarta, Satriadi Gunawan, menjelaskan bahwa barang-barang kelistrikan yang dijual dengan harga sangat murah, seperti yang sering ditemukan di pasar, umumnya tidak terjamin kualitasnya. "Kadang-kadang ada yang beli alat kelistrikan seharga Rp 10 ribu dapat tiga, tapi kita nggak tahu kualitasnya. Jangan tergiur dengan harga murah yang tak memenuhi standar keselamatan," ujar Satriadi saat ditemui di Balai Kota Jakarta pada Selasa, 21 Januari 2025.
Salah satu contoh alat kelistrikan yang sering ditemukan tidak sesuai standar adalah stopkontak atau colokan listrik. "Stopkontak yang tidak sesuai standar memiliki ukuran yang longgar, ini bisa menyebabkan korsleting," tambahnya.
Selain kualitas alat kelistrikan, Satriadi juga menjelaskan beberapa faktor lain yang menyebabkan korsleting, seperti penggunaan listrik yang menumpuk pada satu terminal atau instalasi listrik yang tidak sesuai standar. Penggunaan listrik ilegal yang berlebihan juga bisa menyebabkan arus listrik terlalu besar, yang tidak mampu ditampung oleh sistem kelistrikan rumah.
"Penyebab lainnya termasuk instalasi listrik yang tidak terdaftar di Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia (AKLI), atau mengganti sekring putus dengan kawat. Sebab, setiap sekring memiliki standar beban yang berbeda. Hal ini bisa berisiko menyebabkan korsleting," terang Satriadi.
Korsleting juga bisa terjadi karena kebiasaan mengganjal miniature circuit breaker (MCB) yang sering turun karena tidak sesuai dengan kapasitas beban. Selain itu, penyebab lainnya termasuk stopkontak atau kabel yang terkena air akibat atap bocor, tersiram air, atau banjir, serta penggunaan kabel yang tidak sesuai dengan kapasitas arus listrik.
Satriadi juga menambahkan, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, korsleting listrik menjadi penyebab utama kebakaran di Jakarta sepanjang tahun 2024, mencapai 69% dari total kejadian kebakaran yang tercatat sebanyak 787 insiden.
"Kebakaran bukanlah bencana alam, tapi lebih merupakan risiko yang dapat terjadi akibat kelalaian, seperti penggunaan kompor gas, lilin, atau alat kelistrikan yang tidak sesuai standar," ujar Satriadi. Oleh karena itu, ia mengingatkan kepada seluruh warga Jakarta untuk selalu memperhatikan kualitas dan kelayakan alat kelistrikan yang digunakan demi keselamatan bersama.